Banner

66 persen pekerja Inggris penderita Long COVID diperlakukan tidak adil

Foto yang diabadikan pada 28 Januari 2022 ini memperlihatkan seorang wanita berjalan melewati sejumlah ambulans yang diparkir di luar Rumah Sakit Royal London di London, Inggris. (Xinhua/Ray Tang)

Penderita Long COVID di Inggris mengklaim bahwa mereka diperlakukan tidak adil di tempat kerja mereka, dengan satu dari tujuh pekerja telah kehilangan pekerjaan.

 

London, Inggris (Xinhua) – Dua pertiga pekerja di Inggris yang menderita gejala Long COVID mengklaim bahwa mereka diperlakukan tidak adil di tempat kerja mereka, dan satu dari tujuh pekerja telah kehilangan pekerjaan, kata sebuah laporan yang dirilis pada Senin (27/3).

Laporan yang dirilis oleh Trades Union Congress (TUC) dan badan amal Long COVID Support itu menunjukkan hasil survei dari total 3.097 penderita Long COVID yang berbagi pengalaman tentang pekerjaan mereka.

Menurut laporan itu, satu dari tujuh responden survei itu, atau 14 persen, menyatakan mereka kehilangan pekerjaan karena berbagai alasan terkait dengan Long COVID.

Dua pertiga, atau 66 persen, mengatakan mereka pernah mengalami satu atau lebih jenis perlakuan tidak adil di tempat kerja, kata laporan itu.

Banner

Selain itu, separuh dari total responden, atau 49 persen, mengatakan mereka memiliki alasan untuk meyakini bahwa mereka tertular COVID-19 di tempat kerja.

Penderita Long COVID
Seorang penumpang berjalan melewati tanda peringatan kesehatan masyarakat di Bandar Udara Heathrow di London, Inggris, pada 18 Maret 2022. (Xinhua/Li Ying)

Menurut laporan tersebut, perlakuan tidak adil di tempat kerja berkisar dari pelecehan hingga tidak dipercaya tentang gejala-gejala mereka atau diancam dengan tindakan disipliner.

“Pekerja dengan Long COVID sangat dikecewakan. Banyak dari mereka merupakan pekerja kunci yang membantu kita melewati pandemi, tetapi saat ini beberapa dipaksa berhenti dari pekerjaan mereka,” kata Sekretaris Jenderal TUC Paul Nowak.

Orang yang menderita Long COVID mengalami sejumlah gejala termasuk kesulitan bernapas, kelelahan kronis, dan disfungsi kognitif, yang dapat berlangsung berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.

Lebih dari separuh responden melaporkan sejumlah gejala yang berhubungan dengan nyeri termasuk nyeri otot, sakit kepala, nyeri sendi, dan nyeri dada, kata laporan tersebut.

Durasi paling umum responden mengalami gejala adalah lebih dari 24 bulan (29 persen responden), diikuti tujuh hingga 12 bulan (23 persen), imbuh laporan itu. Enam puluh persen responden menyatakan bahwa mereka telah mengalami gejala-gejala tersebut selama lebih dari setahun.

Banner
Penderita Long COVID
Orang-orang berjalan di London, Inggris, 24 Februari 2022. (Xinhua/Andy Hall)

Para responden juga mengungkapkan rasa frustrasi kepada majikan yang tidak memahami bahwa gejala-gejala itu dapat berlanjut dan berfluktuasi.

Hampir seperempat, atau 23 persen, responden survei yang menyatakan bahwa tempat mereka bekerja menanyakan apakah mereka menderita Long COVID, atau dampak dari gejala-gejala mereka.

Kantor Statistik Nasional (Office of National Statistics/ONS) di Inggris melaporkan bahwa data terbaru dari 2 Januari 2023 menunjukkan bahwa 2 juta warga di negara itu mengalami Long COVID yang dilaporkan secara mandiri.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan