Banner

Sektor energi Vietnam akan tingkatkan penggunaan batu bara dan gas untuk listrik

Sejumlah truk mengangkut peti kemas di Pelabuhan Dinh Vu di Kota Hai Phong, Vietnam, pada 31 Maret 2022. (Xinhua/VNA)

Sektor energi Vietnam berencana memproduksi dan mengimpor 284,5 miliar kilowatt-jam (kWh) listrik pada tahun ini, 16 miliar kWh lebih tinggi dari angka pada 2022, dan 29 miliar kWh lebih tinggi dari angka pada 2021.

 

Hanoi, Vietnam (Xinhua) – Sektor energi Vietnam akan meningkatkan penggunaan sumber daya batu bara dan gas serta memobilisasi sumber-sumber energi terbarukan guna menjamin pasokan listrik yang memadai di negara Asia Tenggara itu setelah permintaan tersebut diproyeksikan akan naik pada 2023, demikian menurut laporan media lokal pada Kamis (9/3).

Vietnam berencana memproduksi dan mengimpor 284,5 miliar kilowatt-jam (kWh) listrik pada tahun ini, 16 miliar kWh lebih tinggi dari angka pada 2022, dan 29 miliar kWh lebih tinggi dari angka pada 2021, menurut laporan Vietnam News.

Rencana itu didasarkan pada pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sebesar 6,5 persen yang disepakati oleh badan legislatif negara itu dan total pasokan yang direncanakan yang mencapai hampir 251,3 miliar kWh untuk penduduk di seluruh negeri. Jumlah ini meningkat hampir 9 miliar kWh dibandingkan tahun lalu, papar Vietnam News.

Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Vietnam menginstruksikan perusahaan Listrik Vietnam untuk menetapkan metode operasi yang sesuai dan memobilisasi sumber-sumber daya, termasuk energi terbarukan, guna menjamin pasokan yang memadai di dalam negeri, tambah surat kabar itu.

Banner

Menurut Kementerian Perminyakan, Gas, dan Batu Bara Vietnam, sekitar 57,9 juta ton batu bara diperkirakan akan mencapai pasar pada 2023, dengan 44,7 juta ton di antaranya akan diperoleh melalui produksi dalam negeri dan 13,2 juta ton melalui impor.

Hingga akhir 2022, total kapasitas terpasang Vietnam mencapai hampir 77.800 megawatt (MW), meningkat 1.400 MW dibandingkan angka pada 2021. Energi terbarukan menyumbang 26,4 persen, atau 20.165 MW, menurut kementerian tersebut.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan