Menteri keuangan, gubernur bank sentral G20 sampaikan aksi hadapi tantangan ekonomi 

Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memimpin pertemuan terakhir di bawah Kepresidenan G20 Indonesia di Washington D.C., AS pada 12-13 Oktober 2022. (BI)

Jakarta (Indonesia Window) – Para menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 menegaskan kembali komitmen mereka pada pertemuan terakhir di bawah Kepresidenan G20 Indonesia untuk memecahkan tantangan ekonomi global yang meningkat dan berfokus pada hasil nyata.

Pertemuan yang keempat kalinya tahun ini di Washington D.C., pada 12-13 Oktober 2022, dilaksanakan bersamaan dengan Pertemuan Tahunan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Grup Bank Dunia (World Bank Group) 2022.

Pertemuan tersebut dipimpin oleh Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati, dan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, menurut Bank Indonesia dalam pernyataan resminya pada Jumat.

Presidensi G20 Indonesia terus berupaya untuk menjaga semangat dan efektivitas G20. Pada pertemuan penutup Jalur Keuangan, Presidensi G20 Indonesia telah menghasilkan aksi konkret dan berdampak yang dituangkan dalam simpulan Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (FMCBG) G20.

Dalam kata sambutannya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, selama masa presidensi, Indonesia telah bersungguh-sungguh untuk mengupayakan diskusi G20 berjalan lancar dan menyampaikan apresiasi yang tinggi atas dukungan kuat dari semua anggota.

“Kita harus terus melangkah ke depan – kita perlu menghasilkan aksi konkret dengan menunjukkan semangat kerja sama, kolaborasi, dan consensus. Secara historis, G20 telah mencatatkan kemampuan kita untuk melalui ini semua,” ujar Sri Mulyani.

Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo juga menyampaikan apresiasi kepada anggota dan menyatakan bahwa, sejak awal presidensi, G20 telah bekerja sama untuk memajukan isu-isu global yang bersifat kritis serta mampu memberikan solusi konkret dan kolektif untuk mendorong pemulihan.

Di antara tantangan-tantangan tersebut adalah perekonomian global yang mengalami berbagai guncangan termasuk inflasi yang lebih tinggi dari perkiraan, kondisi keuangan yang semakin ketat, perang Rusia melawan Ukraina, pandemi COVID-19 yang berkepanjangan, dan ketidaksesuaian penawaran-permintaan yang semakin memperlambat prospek ekonomi global.

Selain itu, peristiwa cuaca ekstrem akibat perubahan iklim menimbulkan risiko penurunan prospek ekonomi global, dan kenaikan harga energi juga menghambat jalan menuju transisi hijau.

Tantangan global yang berkepanjangan telah menyebabkan meningkatnya kerentanan utang dan menghambat jalan menuju pemulihan, yang selanjutnya berdampak pada kelompok masyarakat rentan, terutama di negara-negara berpenghasilan rendah dan berkembang.

Pertemuan FMCBG G20 pada Oktober ini dihadiri secara langsung oleh sejumlah pimpinan yang tercatat sejak pandemi, di mana 66 pimpinan hadir secara langsung, dan hanya empat orang yang hadir secara virtual.

Secara keseluruhan, pertemuan tersebut dihadiri oleh 371 delegasi, terdiri atas 304 orang hadir secara langsung dan 67 orang hadir secara virtual.

Selain itu, Presidensi G20 Indonesia telah menyampaikan undangan yang ketiga kepada menteri keuangan Ukraina pada pertemuan tersebut, selama masa presidensi.

Menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 membahas enam agenda, yaitu, ekonomi global, arsitektur keuangan internasional, peraturan sektor keuangan, investasi infrastruktur, keuangan berkelanjutan, dan perpajakan berkelanjutan.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan