Penembakan massal di Thailand oleh seorang pria mantan perwira polisi telah menewaskan 30 orang, termasuk anak-anak, sebelum membunuh dirinya dan keluarganya.
Jakarta (Indonesia Window) – Seorang pria mantan perwira polisi bersenjatakan pistol dan pisau menyerbu sebuah kamar bayi di timur laut Thailand pada Kamis, lalu menembak mati sedikitnya 30 orang, termasuk anak-anak, sebelum membunuh dirinya dan keluarganya, kata pihak kepolisian setempat.
Lelaki itu, bersenjatakan senapan, pistol dan pisau, melepaskan tembakan ke pusat penitipan anak di Provinsi Nong Bua Lam Phu sekitar pukul 12.30 waktu setempat, sebelum melarikan diri dari tempat kejadian dengan kendaraan, kata pihak berwenang.
“Jumlah korban tewas dari insiden penembakan … setidaknya 30 orang,” kata Anucha Burapachaisri, juru bicara kantor Perdana Menteri Thailand.
Kolonel polisi Jakkapat Vijitraithaya, dari provinsi tempat serangan itu terjadi, mengidentifikasi pria bersenjata itu sebagai Panya Khamrab, seorang letnan kolonel polisi yang dia katakan dipecat dari kepolisian tahun lalu karena penggunaan narkoba.
Jakkapat mengatakan, ada 23 anak di antara korban tewas, berusia dua hingga tiga tahun.
Pembunuhan massal itu terjadi kurang dari sebulan setelah seorang perwira militer yang sedang bertugas, menembak mati dua rekannya di sebuah pangkalan pelatihan militer di ibu kota Bangkok.
Sementara Thailand memiliki tingkat kepemilikan senjata yang tinggi, penembakan massal sangat jarang terjadi.
Namun dalam satu tahun terakhir, setidaknya ada dua kasus penembakan pembunuhan oleh tentara, menurut Bangkok Post.
Pada tahun 2020, dalam salah satu insiden paling mematikan di negara itu dalam beberapa tahun terakhir, seorang tentara menembak mati 29 orang dalam amukannya selama 17 jam, dan melukai lebih banyak lagi sebelum dia ditembak mati oleh pasukan komando.
Penembakan massal itu terkait dengan sengketa utang antara pria bersenjata Sersan-Mayor Jakrapanth Thomma dan seorang perwira senior, serta petinggi militer yang menggambarkan si pembunuh sebagai tentara nakal.
Sumber: AFP
Laporan: Redaksi