Industri otomotif Jerman terus mengurangi lapangan kerja, yang berakar pada penurunan jumlah karyawan di industri pemasok.
Berlin, Jerman (Xinhua) – Industri otomotif Jerman terus memangkas lapangan kerja, dengan tenaga kerja di sektor tersebut turun 1,6 persen secara tahunan (year on year/yoy) pada Juli, seperti diungkapkan Kantor Statistik Federal Jerman (Destatis) pada Kamis (15/9).
Meskipun jumlah karyawan di bidang manufaktur meningkat dalam tujuh bulan tahun ini, industri mobil Jerman melanjutkan tren pengurangan tenaga kerjanya yang telah berlangsung sejak pertengahan 2019, menurut Destatis.
“Penurunan umum dalam ketenagakerjaan di industri otomotif berakar pada penurunan baru untuk karyawan di industri pemasok,” kata seorang juru bicara asosiasi industri VDA kepada Xinhua. Penurunan tersebut sebagian disebabkan oleh “dampak awal transformasi” ke kendaraan listrik.
Pada 2030 mendatang, hampir di antara setiap dua mobil yang terjual di seluruh dunia, salah satunya adalah kendaraan listrik baterai (battery electric vehicle/BEV), menurut perusahaan jasa audit dan konsultasi PwC (Jerman). Transformasi sektor itu “sedang bergerak kencang,” kata PwC.
Selain peralihan dari mesin pembakaran ke mesin listrik, “perkembangan ekonomi dan sosial yang menantang kemungkinan akan turut berperan,” tambah juru bicara VDA itu. Hal ini termasuk pandemik COVID-19, bottleneck pasokan yang sedang berlangsung, dan harga produsen yang tinggi.
Pada Juli, harga produsen di perekonomian terbesar di Eropa itu naik 37,2 persen (yoy). Menurut Destatis, ini merupakan peningkatan terkuat yang pernah ada. Sementara itu, harga energi meningkat lebih dari dua kali lipat dan terus menjadi ‘penyebab utama’ atas perkembangan harga secara keseluruhan.
Akibatnya, para pemasok otomotif Jerman sudah mempertimbangkan untuk memindahkan produksi ke negara lain, menurut sebuah survei industri terbaru. Hanya 3 persen pemasok yang masih berencana untuk meningkatkan investasi di Jerman di masa mendatang.
Pekan lalu, produsen interior mobil Jerman Dr. Schneider mengajukan pailit akibat harga yang meledak. Perusahaan itu telah “jatuh ke dalam krisis likuiditas meskipun melakukan langkah-langkah pemangkasan biaya yang intensif,” sebut Dr. Schneider pada pekan lalu.
Akibat krisis energi, situasi perusahaan skala menengah di industri otomotif menjadi “semakin dramatis,” ujar Presiden VDA Hildegard Mueller.
Laporan: Redaksi