Para pemimpin Afrika tuntut dana atasi dampak perubahan iklim

Seorang anak laki-laki mengangkut dua jeriken berisi air di sublokasi Kidemu di Kilifi, Kenya, pada 23 Maret 2022. Kekeringan di kawasan Tanduk Afrika telah mendorong sedikitnya 18,4 juta orang, termasuk lebih dari 7,1 juta anak yang kekurangan gizi akut, menderita kerawanan pangan yang parah, demikian disampaikan badan kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Senin (13/6). Sebagian besar korban kekeringan berada di Ethiopia, Kenya dan Somalia. (Xinhua/Dong Jianghui).

Menurut Bank Pembangunan Afrika, benua itu akan membutuhkan sebanyak 1,6 triliun dolar AS antara tahun 2020 dan 2030 untuk upayanya sendiri dalam membatasi perubahan iklim dan untuk beradaptasi dengan dampak buruk yang sudah terlihat.

 

Jakarta (Indonesia Window) – Para pemimpin 24 negara Afrika pada Jumat (9/9) mendesak negara-negara kaya untuk memenuhi janji mereka untuk menyediakan dana agar benua itu dapat mengatasi dampak perubahan iklim yang sesungguhnya tidak banyak disebabkan oleh Afrika.

Seruan tersebut disampaikan setelah para pemimpin Afrika pada Senin (5/9) mengecam negara-negara industri karena gagal muncul ke pertemuan puncak di Belanda untuk membantu negara-negara Afrika beradaptasi dengan perubahan iklim.

Kami mendesak “negara-negara maju untuk memenuhi janji mereka dalam kaitannya dengan iklim dan pembiayaan pembangunan, dan memenuhi komitmen mereka untuk menggandakan pembiayaan adaptasi, khususnya untuk Afrika,” kata 24 pemimpin itu dalam sebuah pernyataan saat mereka mengakhiri konferensi internasional di Kairo, Mesir.

Forum tiga hari itu diadakan dua bulan sebelum Mesir menjadi tuan rumah konferensi iklim penting COP27 di Sharm el-Sheikh pada November.

Benua Afrika hanya mengeluarkan sekitar tiga persen dari emisi CO2 (karbon dioksida) global, kata mantan Sekjen PBB Ban Ki-moon pekan ini.

Namun negara-negara Afrika termasuk di antara mereka yang paling terkena dampak perubahan iklim, terutama kekeringan dan banjir yang memburuk.

Para pemimpin Afrika mengatakan bantuan keuangan diperlukan mengingat “dampak yang tidak proporsional dari perubahan iklim dan hilangnya alam di benua Afrika.”

Afrika tidak hanya memiliki “jejak karbon rendah,” kata mereka, tetapi juga memainkan peran kunci dalam menangkap gas rumah kaca, termasuk di Cekungan Kongo, yang merupakan rumah bagi hutan hujan tropis terbesar kedua di dunia setelah Amazon.

Penyediaan dana perubahan iklim untuk membantu negara-negara miskin mengekang emisi mereka dan memperkuat ketahanan mereka akan menjadi titik nyala utama di COP27. Tujuan lama bagi negara-negara maju untuk membelanjakan 100 miliar dolar AS per tahun mulai tahun 2020 untuk membantu negara-negara yang rentan beradaptasi dengan perubahan iklim masih belum tercapai.

Menurut Bank Pembangunan Afrika, benua itu akan membutuhkan sebanyak 1,6 triliun dolar AS antara tahun 2020 dan 2030 untuk upayanya sendiri dalam membatasi perubahan iklim dan untuk beradaptasi dengan dampak buruk yang sudah terlihat.

*1 dolar AS = 14.840 rupiah

Sumber: AFP

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan