Pengujian sampel produk merupakan bagian dari pemeriksaan ketat mangga impor dari Taiwan oleh Hong Kong sejak terdeteksi virus COVID-19 dalam pengiriman ke Makau.
Jakarta (Indonesia Window) – Otoritas Hong Kong pada hari Rabu (6/7) mengatakan bahwa mereka telah menarik dan membuang 200 kilogram mangga yang diimpor dari Taiwan, setelah satu sampel buah dalam pengiriman ditemukan terkontaminasi virus COVID-19.
Penarikan buah-buahan dari toko-toko di Hong Kong mengikuti keputusan wilayah administrasi khusus Makau yang memberlakukan larangan selama satu pekan terhadap dua perusahaan Taiwan, masing-masing mulai 30 Juni dan 3 Juli, setelah jejak virus COVID-19 ditemukan pada sampel pengiriman mangga mereka ke Makau.
Dalam siaran persnya Rabu malam (6/7), Center for Food Safety (CFS) Hong Kong menyebutkan telah ditemukan virus COVID-19 pada kulit salah satu mangga yang diperiksa sebagai sampel dalam kiriman 33 karton dengan berat total 200 kilogram.
CFS mengatakan, mereka telah segera menginstruksikan distributor untuk menghentikan semua penjualan mangga impor, mengeluarkannya dari rak-rak toko, dan membuang semua produk ini.
Menurut juru bicara CFS, pengujian sampel tersebut merupakan bagian dari pemeriksaan ketat mangga impor dari Taiwan oleh Hong Kong sejak terdeteksi virus COVID-19 dalam pengiriman ke Makau.
“Sampel produk serupa akan terus diuji untuk COVID-19,” tambah CFS.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), “saat ini tidak ada bukti bahwa orang dapat tertular COVID-19 dengan makan makanan, termasuk buah-buahan dan sayuran. Buah-buahan dan sayuran segar adalah bagian dari diet sehat dan konsumsinya harus didorong.”
Biro Urusan Kota Makau mengatakan sedang menguji sampel dari impor makanan untuk virus dan telah menemukan jejak virus COVID-19 pada mangga dari Taiwan dan pada produk makanan lainnya dari Argentina, Polandia, Vietnam, Indonesia, dan Hong Kong.
Sementara itu, Biro Inspeksi dan Karantina Kesehatan Hewan dan Tumbuhan Taiwan mengatakan pada Rabu malam bahwa mereka belum diberitahu tentang masalah ini oleh Hong Kong.
Penanganan CFS atas masalah ini tidak didasarkan pada sains, mengingat saat ini tidak ada bukti ilmiah bahwa COVID-19 dapat ditularkan melalui produk kemasan, kata biro tersebut.
Biro juga mencatat bahwa siaran pers CFS telah mengutip pernyataan WHO bahwa virus COVID-19 ditularkan terutama melalui tetesan dan tidak mungkin ditularkan ke manusia melalui konsumsi makanan.
Referensi itu menunjukkan fakta bahwa pengujian kemasan makanan China, Hong Kong dan Makau untuk virus itu bertentangan dengan sains, kata biro itu.
Untuk memastikan perdagangan yang tidak terkekang, Hong Kong harus mengikuti protokol pengendalian risiko yang sesuai dengan standar internasional, kata biro tersebut.
Sumber: CNA
Laporan: Redaksi