Dalam tempo 20 tahun ke depan, semakin banyak negara menerapkan dan memanfaatkan teknologi nuklir.
Jakarta (Indonesia Window) – Pemerintah Indonesia mempertimbangkan penawaran kerja sama bilateral di bidang pengembangan nuklir dari sejumlah negara, termasuk Rusia.
Hal tersebut disampaikan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif melalui keterangan tertulis mengenai ketertarikan perusahaan energi Rusia untuk pengembangan industri pembangkit listrik tenaga nuklir atau PLTN di Indonesia.
Menteri mengatakan, pemerintah akan menelaah lebih lanjut potensi kerja sama tersebut dengan melihat sisi daya saing (competitiveness) dan keandalannya (reliable).
“Kebutuhan untuk nuklir baru akan dimulai tahun 2040 berdasarkan peta jalan energi yang telah kami susun,” kata Arifin, seraya menambahkan bahwa Indonesia mempunyai bahan baku yang dibutuhkan untuk mengembangkan setrum nuklir guna memenuhi permintaan listrik bersih di masa mendatang.
Dalam tempo 20 tahun ke depan, lanjutnya, banyak negara juga akan menerapkan dan memanfaatkan teknologi nuklir. Tentu saja teknologi nuklir di masa depan akan semakin aman.
Sebelumnya, Presiden Rusia Vladimir Putin menyampaikan ketertarikan perusahaan dari negaranya untuk mengembangkan industri setrum nuklir di Indonesia.
Hal tersebut disampaikannya pada pertemuan dengan Presiden Joko Widodo di Moskow pada 30 Juni 2022.
Dalam pertemuan itu, Putin mengatakan bahwa perusahaan energi Rusia, Rosatom State Coorporation, yang memiliki pengalaman, kompetensi, dan teknologi mutakhir bersedia terlibat dalam proyek bersama pengembangan industri energi nuklir di Tanah Air.
Pengembangan nuklir
Penelitian dan pengembangan energi nuklir di Indonesia mendapat banyak dukungan internasional.
Pada bulan November 2007, Pemerintah Indonesia dan Jepang menandatangani perjanjian kerja sama berkaitan dengan bantuan yang akan diberikan untuk persiapan, perencanaan, dan promosi pengembangan tenaga nuklir Indonesia dan bantuan untuk kegiatan hubungan masyarakat.
Lalu, pada bulan Agustus 2014, Badan Tenaga Atom Jepang (JAEA) mengumumkan bahwa mereka telah setuju untuk memperpanjang perjanjian kerja sama dengan BATAN (Badan Tenaga Nuklir Nasional) untuk memasukkan penelitian dan pengembangan high-temperature gas-cooled reactor (HTGR) atau reaktor berpendingin gas suhu tinggi.
Sementara itu, pada pada Juni 2015 Rosatom dari Rusia menandatangani nota kesepahaman (MoU) tentang penggunaan energi nuklir secara damai dengan BATAN. MoU ini dirancang untuk mengarah pada bidang kerja sama lain di luar proyek HTGR, termasuk kemungkinan pembangunan unit tenaga nuklir Rusia di Indonesia.
Selanjutnya, pada Maret 2017, otoritas pengatur nuklir Rusia dan Indonesia, Rostechnadzor dan BAPETEN (Badan Pengawas Tenaga Nuklir) menandatangani kesepakatan kerja sama dalam berbagai masalah yang berkaitan dengan pengaturan keselamatan nuklir dan radiasi, serta keamanan nuklir.
Sumber: Infopublik.id; https://world-nuclear.org/
Laporan: Redaksi