Jakarta (Indonesia Window) – Raksasa makanan cepat saji KFC di Australia terpaksa mengganti daun selada dengan kubis dalam menu burgernya akibat kelangkaan produk dan harga yang melonjak.
Perusahaan memberi tahu pelanggan bahwa mereka akan menggunakan campuran selada dan kubis di seluruh restorannya, dengan alasan gangguan rantai pasokan setelah banjir besar di pantai timur menyapu sebagian besar tanaman selada di awal tahun.
Konsumen Australia juga menghadapi harga selangit untuk bahan salad sederhana yang di jual di supermarket.
Para pembeli melampiaskan kekesalan mereka di media sosial tentang membayar sekitar 12 dolar Australia (sekitar 125.100 rupiah) untuk satu bonggol selada, dan lebih dari 25 dolar Australia (sekitar 260.250 rupiah) untuk sebuah semangka.
Setidaknya ini kedua kalinya tahun ini KFC Australia dibiarkan tanpa pasokan komponen utama untuk beberapa menu paling populernya. Sebelumnya, di Januari 2022, mereka harus memotong menu utama karena kekurangan pasokan ayam.
Kenaikan harga buah-buahan dan sayuran di Australia terutama disebabkan oleh peristiwa iklim seperti banjir, menurut analis pemerintah Abares.
Menurut dia, Australia masih bergulat dengan gangguan rantai pasokan terkait pandemik dan kekurangan tenaga kerja yang terus-menerus, serta akses ke mesin impor.
“Pada waktu normal harga buah dan sayuran cenderung pulih relatif cepat dan kembali normal karena produksi di daerah lain tersedia untuk mengisi kesenjangan pasokan,” kata Abares dalam prospek triwulanan, Selasa (7/6).
“Namun, pada 2022–2023 hampir semua aspek rantai pasokan menghadapi tekanan inflasi, sehingga menempatkan Australia, pengekspor pertanian utama, sejalan dengan negara-negara lain di dunia saat biaya pangan melonjak,” jelasnya.
“Invasi Rusia ke Ukraina telah merusak rantai pasokan global dan menaikkan harga input pertanian yang vital, seperti pupuk dan solar. Ukuran PBB untuk harga pangan global mendekati rekor tertinggi,” imbuhnya,
Harga konsumen untuk buah dan sayuran di Australia naik kuat pada kuartal Maret, masing-masing sebesar 4,9 psersen dan 6,6 persen, menurut Abares.
Sumber: https://time.com/
Laporan: Redaksi