Jakarta (Indonesia Window) – Neraca perdagangan Indonesia dengan Rusia dan Ukraina mengalami defisit akibat perang yang sedang terjadi antara kedua negara tersebut, kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono.
“Kami ingin menyimpulkan bahwa konflik ini membuat neraca perdagangan kita defisit, di mana defisit terbesar yaitu dengan Rusia,” kata Kepala BPS pada konferensi pers di Jakarta, Senin.
Margo memaparkan, tiga komoditas ekspor utama Indonesia ke Rusia adalah lemak dan minyak hewan/nabati, karet dan barang dari karet, serta mesin dan peralatan listrik.
Pada Januari 2022, ekspor lemak dan minyak hewan/nabati Indonesia ke Rusia tercatat senilai 102,4 juta dolar AS. Pada Februari 2022, angka ini tercatat 102 juta dolar AS, dan pada Maret 2022 turun drastis menjadi 58,3 juta dolar AS.
Sementara itu, nilai ekspor karet dan barang dari karet pada Januari dan Februari 2022 masing-masing tercatat sebesar 7,1 juta dolar AS dan 7,3 juta dolar AS, namun pada Maret 2022 angka ini hanya 600.000 dolar AS.
Penurunan nilai ekspor juga terjadi pada komoditas mesin dan peralatan listrik, di mana pada Januari 2022 tercatat sebesar 11,1 juta dolar AS, Februari 2022 sebesar 10,7 juta dolar AS, dan pada Maret menjadi 2,5 juta dolar AS.
Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia dan Rusia pada periode Januari-Maret 2022 mengalami defisit 204,6 juta dolar AS. Angka ini menurun signifikan jika dibandingkan periode yang sama di tahun 2021 yang mencapai surplus sebesar 42,2 juta dolar AS.
Sementara itu, komoditas ekspor utama Indonesia dengan Ukraina adalah lemak dan minyak hewan/nabati, kertas karton, serta alas kaki.
“Di bulan Maret ini tidak ada ekspor sama sekali ke Ukraina, yang menunjukkan bahwa konflik ini mengganggu ekspor kita ke Ukraina,” ujar Margo.
Dengan demikian, perdagangan Indonesia dengan Ukraina selama Januari-Maret 2022 mengalami defisit 13,5 juta dolar AS. Angka ini merosot signifikan dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang surplus 53,6 juta dolar AS.
Laporan: Redaksi