Banner

Jakarta (Indonesia Window) – Harga minyak turun pada akhir perdagangan yang fluktuatif pada Selasa (5/4) atau Rabu pagi WIB, tertekan oleh kenaikan dolar AS dan meningkatnya kekhawatiran bahwa kasus virus corona baru dapat memperlambat permintaan. Namun, kerugian dibatasi oleh kekhawatiran pasokan karena sanksi terhadap Rusia atas dugaan kejahatan perang.

Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni turun 89 sen atau 0,8 persen, menjadi menetap di 106,64 dolar AS per barel.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Mei jatuh 1,32 dolar AS atau 1,3 persen, menjadi ditutup di 101,96 dolar AS per barel.

Di awal sesi, harga naik lebih dari dua dolar AS per barel setelah Menteri Perindustrian Jepang mengatakan Badan Energi Internasional (IEA) masih mendiskusikan pelepasan cadangan minyak terkoordinasi yang menurut banyak pedagang adalah kesepakatan yang sudah selesai. Setelah itu, harga diperdagangkan di kedua sisi tidak berubah hampir sepanjang hari.

Kekhawatiran permintaan meningkat setelah otoritas di importir minyak utama China memperpanjang penguncian di Shanghai guna melindungi 26 juta penduduk di pusat keuangan itu.

Banner

“Pelemahan dolar awal hari ini secara bertahap memberi jalan kepada kekuatan dalam memberikan dorongan tambahan di balik ayunan harga minyak hari ini kembali ke sisi penurunan,” kata Jim Ritterbusch, Presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois, AS.

Harga minyak bisa mendapatkan dukungan setelah penyelesaian (penutupan) jika perkiraan analis benar dan persediaan minyak mentah AS turun sekitar 2,1 juta barel pekan lalu.

American Petroleum Institute (API), sebuah kelompok industri, akan mengeluarkan laporan persediaannya pada pukul 20.30 GMT. Pada Rabu, Badan Informasi Energi AS (EIA) akan mengeluarkan laporan resmi pada pukul 10.30 pagi waktu setempat.

Dolar menguat untuk hari keempat berturut-turut ke level tertinggi sejak Mei 2020 terhadap sejumlah mata uang lainnya. Dolar yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

Amerika Serikat dan Uni Eropa (UE) mengusulkan sanksi baru terhadap Rusia atas pembunuhan warga sipil di Ukraina, termasuk larangan impor batu bara oleh Uni Eropa.

Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan larangan batu bara akan diikuti oleh minyak dan kemudian gas.

Banner

Moskow, yang menyebut tindakannya di Ukraina sebagai “operasi militer khusus”, mengatakan tuduhan Barat atas kejahatan perang di kota Bucha di Ukraina adalah “pemalsuan mengerikan” yang ditujukan untuk merendahkan tentara Rusia.

Untuk menenangkan harga minyak, negara-negara sekutu AS pekan lalu menyetujui pelepasan minyak terkoordinasi dari cadangan strategis untuk kedua kalinya dalam sebulan.

Direktur eksekutif energi berjangka Mizuho, Robert Yawger mengatakan rencana AS untuk melepaskan 180 juta barel minyak dari cadangan minyak strategisnya (SPR) telah mempersempit perbedaan antara minyak mentah saat ini dan minyak berjangka yang akan datang.

Yawger mencatat minyak berjangka WTI hanya diperdagangkan dalam “super backwardation” (harga saat ini lebih tinggi dari harga yang diperdagangkan di pasar berjangka) dengan setiap bulan setidaknya satu dolar AS per barel di bawah bulan sebelumnya hingga Oktober 2022. Sebulan yang lalu, dia mengatakan kurva berada dalam super-backwardation hingga November 2023.

Kekhawatiran pasokan di beberapa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya (OPEC+), termasuk Irak dan Kazakhstan, juga mendukung harga.

Produksi kondensat minyak dan gas harian anggota OPEC+ Rusia pada awal April telah turun 4,0 persen dari Maret.

Banner

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan