Banner

Sapta Nirwandar, pariwisata halal, dan gelar guru besar kehormatan

Chairman Indonesia Halal Lifestyle Center Dr. H. Sapta Nirwandar (kanan) saat menerima gelar Guru Besar Kehormatan dari Silk Road International University of Tourism and Cultural Heritage Uzbekistan pada awal Desember 2021. (Foto: Istimewa)

Di dunia pariwisata Indonesia, siapa yang tak kenal Sapta Nirwandar? Sosok yang dianggap sebagai Bapak Pariwisata Halal Indonesia itu belum lama ini menerima pemberian gelar Guru Besar Kehormatan dari Silk Road International University of Tourism and Cultural Heritage, Uzbekistan.

Upacara penganugerahan gelar bagi mantan Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI periode 2011-2014 tersebut dilakukan pada 1 Desember 2021 di Tashkent, ibu kota negara Uzbekistan, diserahkan langsung oleh Prof. J. Hoffmann, Wakil Rektor Bidang Akademik Silk Road International University of Tourism and Cultural Heritage.

Penghargaan akademik tertinggi itu diberikan kepada Dr. H. Sapta Nirwandar yang saat ini menjabat sebagai Chairman Indonesia Halal Lifestyle Center, sebagai penghormatan atas kontribusi besarnya dalam pengembangan industri pariwisata halal global yang juga menjadi perhatian khusus dari pihak Universitas di Tashkent itu.

Ketika berbincang di penghujung masa karantina sepulang dari Uzbekistan, Sapta Nirwandar mengungkapkan, setidaknya ada tiga hal yang menjadi pendorong dirinya menerima gelar kehormatan tersebut.

Pertama, dia dibesarkan oleh orangtua yang keduanya berprofesi sebagai guru.

Banner

“Ketika saya mendapat gelar Doktor dari Sorbonne University, Paris, dulu almarhumah Ibu mendorong saya untuk terus menuntut ilmu hingga mendapat gelar profesor,” kenang mantan Ketua Ikatan Alumni Universitas Padjadjaran itu.

Kedua, kegemarannya menggeluti dunia pendidikan. Sejak mendapatkan gelar doktor di Prancis, Sapta Nirwandar aktif mengajar di berbagai perguruan tinggi di Indonesia. Mulai dari STEKPI, UGM, UNPAD, Universitas Sahid, hingga Universitas Indonesia. Ia tak pernah berhenti berbagi ilmu dan pengalamannya di berbagai bidang keilmuan.

Ketiga, pengalamannya memperjuangan terciptanya pariwisata halal di Indonesia mendapat sorotan Silk Road International University of Tourism and Cultural Heritage yang kebetulan memiliki beberapa kerja sama akademik dengan Universitas Sahid, tempatnya mengajar.

“Saya merasa terhormat atas pemberian gelar Guru Besar Kehormatan ini karena pemberiannya didasarkan pada apa yang telah saya bangun dan perjuangkan selama ini,” ungkap Sapta yang sudah berkiprah membangun industri pariwisata halal di Indonesia sejak menjabat Sekretaris Departemen Pariwisata tahun 2001.

Setelah resmi menyandang gelar profesor, Sapta Nirwandar mengungkapkan komitmennya untuk lebih gencar lagi menyampaikan pesan-pesan peradaban, terutama tentang industri pariwisata halal Indonesia yang diyakininya akan memberikan dampak ekonomi dan sosial yang luar biasa bagi Indonesia.

“Ini masalah komunikasi publik yang hendak kita capai. Mungkin saat ini saya standalone atau single fighter memperjuangkannya, tapi saya tak akan pernah berhenti. Bagi saya ini ibadah. Masih banyak orang yang tidak mengerti konsep pariwisata halal itu sendiri. Bahkan di saat presiden mencanangkan pariwisata halal sebagai prioritas, masih banyak pelaksana kebijakan yang tidak memahami bagaimana cara mewujudkannya,” tuturnya.

Banner

Sebelum menerima gelar Guru Besar, pada 29 November 2021 Sapta Nirwandar diminta mengisi perkuliahan di Tashkent University of Economics yang menjadi bagian dari rangkaian acara The Tashkent University of Economics Celebrated 90th Anniversary.

Dalam kesempatan itu pencetus program kampanye Wisata Syariah ini memaparkan ‘Halal Lifestyle Global Trend and Business Opportunity’ yang membahas 10 sektor halal lifestyle (gaya hidup halal) yaitu, halal food (makanan halal), Islamic finance (keuangan Islami), halal cosmetic (kosmetik halal), modest fashion (busana Muslim), halal pharmaceutical (farmasi halal), medical care (perawatan kesehatan), media recreation (media rekreasi), Islamic creative economy and art culture (ekonomi kreatif dan seni Islami), serta education and halal tourism (pendidikan dan pariwisata halal).

Ia menegaskan bahwa kesepuluh sektor halal lifestyle tersebut harus digarap secara pararel karena memiliki potensi pasar yang sangat besar dalam mendorong kontribusi industri halal pada perekonomian global.

Dalam kaitan itu laporan Global Islamic Economy menyebutkan, perputaran uang dari wisata halal dunia diprediksi mencapai angka 274 miliar dolar pada 2023 mendatang, dan itu berarti kalangan industri pariwisata halal Indonesia harus bekerja keras agar bisa menangkap peluang emas tersebut.

Beruntung Indonesia memiliki seorang putera bangsa yang tak kenal lelah memperjuangkan kemajuan pariwisata halal Indonesia bertahun-tahun lamanya, dan sosok dimaksud adalah Prof. Dr. H. Sapta Nirwandar, S.E.

Penulis: Dr. (Cand.) Tria Patrianti, M.I.Kom [Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ) yang juga peneliti Komunikasi Industri Halal]

Banner

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan