Jakarta (Indonesia Window) – Neraca perdagangan Indonesia pada bulan November 2021 mengalami surplus sebesar 3,51 miliar dolar AS, dengan nilai ekspor 22,84 miliar dolar AS dan impor 19,33 miliar dolar AS, menurut Badan Pusat Statistik (BPS).
Berdasarkan komoditas non migas penyumbang surplus terbesar adalah bahan bakar mineral, lemak dan minyak nabati, serta besi dan baja, kata Kepala BPS Margo Yuwono pada konferensi pers di Jakarta, Rabu.
Margo menyampaikan neraca perdagangan Indonesia dengan AS mengalami surplus sebesar 1,8 miliar dolar AS dengan komoditas berupa pakaian dan aksesorisnya atau rajutan, dan pakaian dan aksesorisnya bukan rajutan.
Surplus perdagangan Indonesia juga diperoleh dari Filipina sebesar 801,8 juta dolar AS yang berasal dari komoditas bahan bakar mineral, serta kendaraan dan bagiannya.
Selanjutnya, Indonesia juga mengalami surplus neraca perdagangan dengan Malaysia sebesar 687,8 juta dolar AS yang berasal dari komoditas bahan bakar mineral dan dan lemak minyak hewan nabati.
Meskipun demikian, kata Margo, perdagangan Indonesia mengalami defisit dengan beberapa negara, antara lain yang terbesar adalah Thailand, China, dan Australia.
“Defisit dengan Thailand sebesar 405,2 juta dolar dari komoditas barang dan barang dari plastik, mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya,” katanya.
Dengan China, defisit perdagangan Indonesia mencapai 366,4 juta dolar AS dengan komoditas mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya, serta mesin dan peralatan elektrik serta bagiannya.
Sementara itu, defisit perdagangan Indonesia dengan Australia tercatat sebesar 345,4 juta dolar AS dari komoditas bahan bakar mineral dan serealia.
Secara kumulatif neraca perdagangan Indonesia periode Januari-November 2021 mengalami surplus sebesar 34,32 miliar dolar AS.
Laporan: Redaksi