Jakarta (Indoensia Window) – Pemanfaatan energi terbarukan di Tanah Air sejauh ini baru 0,3 persen dari total potensi yang ada, menurut Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).
Total potensi energi bersih di Indonesia mencapai 3.64,4 gigawatt (GW) yang terdiri dari tenaga surya 3.294,4 GW; air 94,6 GW; bioenergi 56,9 GW; angin 154,9 GW; panas bumi 23,7 GW; dan laut 59,9 GW, kata Sekretaris Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Sahid Junaidi dalam sebuah diskusi daring yang dipantau di Jakarta, Senin.
Sementara itu, porsi energi bersih yang telah dimanfaatkan saat ini hanya sebesar 10.889 megawatt (MW) yang terdiri dari surya 194 MW, air 6.432 MW, bioenergi 1.923 MW, angin 154 MW, dan panas bumi 2.186 MW.
“Selain potensi energi terbarukan, beragam potensi energi baru yang ada juga masih belum banyak diketahui, seperti listrik dari nuklir dan hidrogen,” ujarnya.
Sahid mengatakan Indonesia sekarang masih berada di dalam situasi dengan konsumsi minyak bumi lebih besar daripada produksi, meningkatkan impor minyak yang menyebabkan defisit neraca perdagangan.
Kementerian ESDM terus berupaya mencapai target karbon netral di sektor energi berdasarkan lima prinsip utama, yaitu peningkatan pemanfaatan energi bersih, pengurangan energi fosil, peningkatan penggunaan kendaraan listrik di sektor transportasi, peningkatan pemanfaatan listrik untuk sektor rumah tangga dan industri, serta pemanfaatan teknologi bersih penangkapan dan penyimpanan karbon.
Dalam lima tahun terakhir penambahan kapasitas pembangkit energi bersih tercatat sebesar 1.469 MW dengan kenaikan rata-rata sebesar empat persen per tahun.
Sepanjang Januari hingga September 2021, tambahan kapasitas pembangkit energi bersih sebesar 386 MW yang berasal dari tenaga air, minihidro, panas bumi, bioenergi, dan surya.
Guna mencapai long-term strategy on low carbon and climate resilience, Kementerian ESDM telah mengembangkan peta jalan yang menjabarkan upaya-upaya yang diperlukan untuk mengembangkan energi baru dan terbarukan, mengurangi bahan bakar fosil, dan menerapkan teknologi bersih guna mencapai karbon netral pada 2060.
Laporan: Redaksi