Jakarta (Indonesia Window) – Dalam skenario business as usual, emisi sektor ketenagalistrikan ditargetkan mencapai 0,92 miliar ton karbon dioksida pada 2060.
Dalam mengatasi kondisi tersebut, PLN meluncurkan strategi demi menjadi perusahaan listrik yang bersih dan hijau, salah satunya menghentikan pembangunan dan mempensiunkan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) secara bertahap.
Hal tersebut dipaparkan Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini saat menyampaikan program dekarbonisasi sebagai komitmen mengurangi emisi karbon di sektor ketenagalistrikan dalam seri diskusi pada Conference of Parties (COP) ke-26 di Glasgow, Skotlandia.
“PLN memiliki peran penting dalam menggerakkan pertumbuhan energi hijau di Indonesia. Kami berkomitmen untuk melakukan dekarbonisasi,” kata Zulkifli dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Selasa.
Berdasarkan peta jalan, PLN akan mempensiunkan PLTU sub-critical sebesar 10 gigawatt (GW) pada 2035. Selain itu, PLTU super critical sebesar 10 GW juga dipensiunkan pada 2045 dan PLTU ultra super critical 55 GW dipensiunkan pada 2055.
Pada saat bersamaan PLN akan banyak berinvestasi untuk mempercepat peningkatan kapasitas pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) hingga 20,9 GW, serta mengembangkan teknologi penyimpanan listrik dalam bentuk baterai berukuran besar hingga teknologi penangkapan karbon dan hidrogen.
Selain itu PLN akan melakukan program co-firing, konversi pembangkit listrik tenaga diesel ke EBT, serta meningkatkan efisiensi energi dan mengurangi susut jaringan.
“Pada 2060 lebih dari setengah pembangkit kami akan berasal dari energi baru terbarukan dan seluruh PLTU telah digantikan,” ujar Zulkifli.
Untuk mencapai karbon netral pada 2060, PLN membutuhkan investasi lebih dari 500 miliar dolar AS (sekitar 7.142 triliun rupiah).
Guna mengakselerasi target tersebut, PLN akan melakukan penyesuaian tarif listrik untuk pelanggan, berinvestasi dalam skala besar, dan menerapkan teknologi dalam skala besar. Selain itu, pelanggan PLN juga harus beralih menggunakan peralatan rendah karbon.
Zulkifli menambahkan, pengembangan bisnis dan kampanye electrifying lifestyle (gaya hidup berlistrik) juga harus lebih digaungkan untuk mengurangi karbon. Menggunakan kompor listrik, kendaraan listrik, PLTS atap, dan perdagangan emisi, ada di antara gaya hidup hijau tersebut.
Laporan: Redaksi