40 persen area Masjidil Haram akan dibuka untuk umroh

Jakarta (Indonesia Window) – Empat puluh persen dari total area Masjidil Haram di Makkah akan dibuka untuk umroh dan ritual tawaf, menurut laporan Saudi Gazette mengutip sejumlah sumber.
Guna mematangkan rencana tersebut Badan Urusan Masjidil Haram di bawah Presidensi Umum untuk Urusan Dua Masjid Suci saat ini sedang melakukan studi yang luas tentang pengendalian kerumunan sebelum pembukaan parsial untuk umroh dan tawaf (mengelilingi ka’bah sebanyak tujuh putaran).
Departemen Umum Keselamatan, Keamanan dan Manajemen Kerumunan di Masjidil Haram tengah menyiapkan rencana pembukaan tersebut dengan memperhatikan protokol pencegahan penyebaran virus COVID-19.
Rencana tersebut termasuk mendata para pengunjung Masjidil Haram dan nomor kontak mereka saat masuk, dan menyiapkan pintu masuk dan keluar guna menghindari kerumunan.
Sorotan lain dari rencana tersebut adalah pengaturan kamera termal untuk mengukur suhu pengunjung di pintu masuk. Mereka yang bersuhu tinggi tidak akan diizinkan masuk dan dirujuk ke spesialis dari Departemen Kesehatan untuk melalui proses penyaringan yang diperlukan guna mengetahui apakah mereka terinfeksi virus atau tidak.
Para pengunjung harus mengenakan masker kesehatan dan akan mendapatkan selebaran tentang tindakan pencegahan pandemik. Papan-papan keterangan berisi langkah pencegahan seperti mencuci tangan, menggunakan cairan pembersih, tidak berjabat tangan, dan etiket untuk bersin juga tengah disiapkan.
Pembatasan jarak sosial akan dipastikan dilakukan oleh semua orang untuk mencegah terjadinya kerumunan.
Mereka yang menunjukkan gejala COVID-19 atau melakukan kontak dengan pasien terkonfirmasi dalam 14 hari terakhir tidak diizinkan masuk.
Para peziarah umroh direncanakan memasuki mataf (area tawaf) melalui Gerbang Raja Fahd dan keluar melalui Pintu Al-Safa dan Jembatan Al-Nabi.
Sementara itu, pintu 89 dan 94 akan disiapkan bagi pengunjung selain yang menunaikan umroh menuju lantai dasar mataf untuk tawaf dan pintu keluar melalui Gerbang Ajyad.
Adapun jamaah non umroh yang datang dari sisi selatan dan barat, mereka masing-masing harus melalui pintu Flyover Ajyad dan Flyover Shubaika untuk masuk ke lantai pertama mataf dan keluar melalui eskalator dan Jembatan Al-Safa.
Tangga Raja Fahd dan Eskalator Shubaika harus disiapkan untuk akses masuk ke lantai atas area Ekspansi Raja Fahd di Masjidil Haram. Area Ekspansi Raja Fahd dan Ekspansi Raja Abdullah akan disiapkan untuk sholat sedangkan mataf akan digunakan khusus untuk sholat bagi jamaah umrah.
Lantai dasar, lantai pertama dan lantai kedua Masjidil Haram akan disiapkan bagi mereka yang melakukan tawaf. Orang tua dan orang-orang dengan kebutuhan khusus akan diizinkan untuk menggunakan lantai kedua.
Akan ada tiga jalur dengan penghalang plastik di area tawaf guna memastikan jarak sosial dan menghindari kerumunan.
Lantai pertama dan kedua dari mataf akan memiliki masing-masing dua jalur. Lantai dasar dan lantai pertama masa (area untuk sai).
Pintu keluar bagi mereka yang melakukan sai di lantai dasar adalah Pintu Marwa sedangkan pintu masuk ke lantai pertama area sai akan melalui Jembatan Al-Nabi dan Pintu Al-Safa. Sementara pintu keluar akan melalui Jembatan Marwa dan Eskalator Al-Raquba.
Rencana tersebut juga menekankan pentingnya meminimalkan titik masuk ke kota Makkah sejak dini hari terutama pada hari Jumat, dan mengendalikan kerumunan di sepanjang jalan utama dan arteri yang menuju ke Masjidil Haram.
Selain itu akan ada penutupan area pusat Masjidil Haram, terutama pada hari Jumat, dan mendorong penghuni hotel untuk melakukan sholat di dalam tempat tinggal mereka untuk membatasi jumlah yang memasuki masjid suci.
Para pengunjung diharapkan mendapatkan izin terlebih dahulu untuk mengunjungi Masjidil Haram dengan mengajukan aplikasi Tawakkalna untuk membatasi jumlah orang dan tidak mengizinkan mereka yang berada di luar Makkah untuk masuk dari jam 09.00 sampai jam 20.00 tanpa izin, terutama pada hari Jumat.
Laporan: Redaksi