Warga Amerika keturunan Asia di Negara Bagian California, Amerika Serikat, memiliki tingkat kekhawatiran yang jauh lebih tinggi atas kemungkinan menjadi korban kekerasan bersenjata dan kejahatan kebencian dibandingkan kelompok ras dan etnis lainnya.
San Francisco, AS (Xinhua) – Warga keturunan Asia di Negara Bagian California, Amerika Serikat (AS), memiliki tingkat kekhawatiran yang jauh lebih tinggi atas kemungkinan menjadi korban kekerasan bersenjata dan kejahatan kebencian dibandingkan kelompok ras dan etnis lainnya, demikian menurut sebuah laporan oleh Pusat Penelitian Kebijakan Kesehatan University of California, Los Angeles (UCLA) dan Asian Americans and Pacific Islanders (AAPI) Data.
Dua pertiga warga keturunan Asia, dan persentase serupa dari Penduduk Asli Hawaii dan Kepulauan Pasifik, mengatakan mereka “sangat khawatir” atau “agak khawatir” menjadi korban kekerasan bersenjata, jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata 43 persen warga California dari semua kelompok ras, menurut laporan yang dirilis pada Selasa (7/2) itu.
Sebagai perbandingan, 49 persen responden Hispanik, 45 persen responden kulit hitam, dan 30 persen responden kulit putih mengatakan mereka “sangat khawatir” atau “agak khawatir” menjadi korban kekerasan bersenjata, papar temuan laporan itu.
Laporan tersebut mengutip hasil dari Survei Wawancara Kesehatan California 2021, survei tahunan UCLA yang mewawancarai lebih dari 20.000 rumah tangga di California.
Di kalangan warga keturunan Asia, warga keturunan Korea melaporkan tingkat kekhawatiran paling tinggi terhadap kekerasan bersenjata, dengan 70 persen warga mengungkapkan mereka “sangat khawatir” atau “agak khawatir” mengenai hal itu. Disusul warga keturunan Filipina dan China dengan 66 persen dan warga keturunan Vietnam dengan 62 persen, menurut laporan tersebut.
Beberapa faktor kemungkinan berkontribusi pada tingkat kekhawatiran warga keturunan Asia yang lebih tinggi terhadap kekerasan bersenjata, termasuk laporan kejahatan kebencian dan insiden kebencian terhadap warga keturunan Asia selama pandemik, kata Karthick Ramakrishnan, pendiri AAPI Data yang juga profesor ilmu kebijakan publik di UC Riverside.
Satu dari empat warga Amerika keturunan Asia di California pernah mengalami kejahatan kebencian atau insiden kebencian, dengan warga keturunan Asia Tenggara melaporkan tingkat pengalaman kebencian tertinggi dengan persentase 44 persen, menurut laporan tersebut.
Sikap terhadap pelaporan kejahatan kebencian kepada lembaga penegak hukum bervariasi di antara kelompok-kelompok etnis Asia. Hanya sepertiga warga Amerika keturunan Asia yang menyatakan “sangat nyaman” melaporkan kejahatan kebencian kepada penegak hukum.
Sementara itu, tingkat kepercayaan pada sistem hukum pidana jauh lebih bervariasi di seluruh faktor, seperti tempat kelahiran dan kecakapan bahasa Inggris. Hanya 36 persen warga keturunan Asia kelahiran AS yang setuju bahwa keadilan akan ditegakkan, secara statistik jauh lebih rendah dibandingkan warga Amerika keturunan Asia yang menempuh jalur naturalisasi dan non-warga Amerika keturunan Asia, tunjuk laporan itu.
Insiden penembakan massal di sekolah, bioskop, dan fasilitas publik lainnya selama beberapa tahun terakhir kemungkinan juga berkontribusi pada meningkatnya rasa kekhawatiran, ujar Ramakrishnan.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh AAPI Data menunjukkan bahwa warga Amerika keturunan Asia cenderung menjadi pendukung paling kuat untuk kontrol senjata api, tambahnya.
Ramakrishnan menduga apabila survei serupa dilakukan saat ini, proporsi warga keturunan Asia yang melaporkan kekhawatiran atas kekerasan bersenjata akan jauh lebih tinggi setelah insiden dua penembakan massal baru-baru ini di komunitas AAPI di Half Moon Bay dan Monterey Park.
“Kontrol senjata api menjadi isu warga Amerika keturunan Asia, namun hal ini belum mendapat pengakuan yang layak… mereka harus menjadi bagian dari pembicaraan itu. Hal ini juga berarti bahwa organisasi advokasi kontrol senjata api harus memperhatikan dan berinvestasi dalam komunitas warga keturunan Asia,” ungkap Ramakrishnan seperti dikutip dalam sebuah laporan oleh San Francisco Chronicle.
Laporan: Redaksi