Banner

ECDC peringatkan lonjakan penyakit Legionnaire di Eropa

Foto yang diabadikan pada 8 Desember 2022 ini menunjukkan tampilan eksterior markas Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (European Centre for Disease Prevention and Control/ECDC) di Stockholm, Swedia. (Xinhua/Wei Xuechao)

Wabah penyakit Legionnaire, penyakit serupa pneumonia, mengalami lonjakan ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya di Uni Eropa dan Wilayah Ekonomi Eropa, dengan lebih dari 10.700 kasus, termasuk 704 kasus kematian, dilaporkan pada 2021.

 

Stockholm, Swedia (Xinhua) – Pihak otoritas Eropa harus waspada dalam mendeteksi dan memantau wabah penyakit Legionnaire, penyakit serupa pneumonia yang mengalami lonjakan ke tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya di Uni Eropa (UE) dan Wilayah Ekonomi Eropa (European Economic Area/EEA), menurut Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Eropa (European Centre for Disease Prevention and Control/ECDC) pada Senin (3/7).

Lebih dari 10.700 kasus, termasuk 704 kasus kematian, dilaporkan pada 2021, demikian pernyataan ECDC dalam Laporan Epidemiologi Tahunan terbarunya.

Dengan 2,4 kasus per 100.000 penduduk, ini menjadi tingkat notifikasi tahunan tertinggi dari penyakit yang disebabkan oleh bakteri Legionella tersebut, kata ECDC dalam siaran pers.

Empat negara, yaitu Italia, Prancis, Spanyol, dan Jerman, menyumbang 75 persen dari kasus yang dilaporkan, ungkap ECDC.

Laki-laki berusia 65 tahun ke atas merupakan kelompok yang paling terdampak, dengan 8,9 kasus per 100.000 penduduk.

Wabah penyakit Legionnaire
Sejumlah orang menyegarkan diri di sebuah air mancur di Roma, ibu kota Italia, pada 22 Juli 2022. (Xinhua/Alberto Lingria)

“Penyebab naiknya tingkat notifikasi yang baru-baru ini terlihat di Eropa masih belum diketahui,” ujar ECDC. Badan itu juga mengidentifikasi faktor yang mungkin memicu peningkatan tersebut, yakni perubahan dalam kebijakan pengujian dan sistem pengawasan nasional, serta populasi yang menua.

Perubahan desain dan infrastruktur sistem air, serta perubahan iklim dan cuaca yang mungkin “berdampak pada ekologi bakteri Legionella di lingkungan maupun paparan aerosol air yang mengandung bakteri Legionella” mungkin juga berkontribusi terhadap peningkatan tersebut, papar ECDC.

Suhu air antara 25 hingga 42 derajat Celsius dan genangan air merupakan kondisi yang menguntungkan bagi pertumbuhan bakteri Legionella. “Mengingat tingkat kasus kematian yang relatif tinggi serta tantangan dalam mengidentifikasi dan mengendalikan sumber-sumber lingkungan, maka sangat penting bagi pihak otoritas kesehatan masyarakat untuk tetap waspada dalam mendeteksi klaster dan wabah melalui pengawasan,” kata ECDC.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan