Banner

CDC Afrika: Korban tewas akibat mpox di Afrika bertambah jadi 1.200, angka kasus tembus 62.000

Foto yang diabadikan pada 31 Januari 2024 ini menunjukkan kantor pusat Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) Afrika di Addis Ababa, Ethiopia. (Xinhua/Michael Tewelde)

Wabah mpox di Afrika telah merenggut 1.200 jiwa, dengan jumlah kasus yang dilaporkan sepanjang tahun ini menembus angka 62.000.

 

Addis Ababa, Ethiopia (Xinhua/Indonesia Window) – Jumlah korban tewas akibat wabah mpox yang sedang berlangsung di Afrika telah mencapai 1.200 jiwa, dengan jumlah kasus yang dilaporkan sepanjang tahun ini menembus angka 62.000, demikian menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention/CDC) Afrika.

Dalam konferensi pers daring (online) pada Kamis (5/12) malam waktu setempat, Direktur Jenderal CDC Afrika Jean Kaseya mengatakan 20 negara Afrika telah melaporkan 62.171 kasus mpox sejak awal tahun ini, dengan 13.579 kasus di antaranya telah terkonfirmasi, dan jumlah korban tewas bertambah menjadi 1.200 jiwa.

Data dari badan perawatan kesehatan khusus Uni Afrika tersebut menunjukkan bahwa pada pekan lalu saja, benua Afrika melaporkan 2.708 kasus baru, termasuk 565 kasus terkonfirmasi dan 36 kasus kematian.

“Jika kita bandingkan dari pekan pertama Januari hingga pekan terakhir November 2024, kita mencatatkan peningkatan lebih dari 716 persen (dibandingkan dengan keseluruhan tahun 2023). Jika tren ini terus berlanjut, sudah pasti, pada akhir Desember, kita akan mencatatkan peningkatan kasus lebih dari 800 persen dibandingkan dengan 2023,” ungkap Kaseya. “Ini menjadi bukti bahwa setelah pandemi COVID-19, mpox menjadi wabah terbesar yang dihadapi Afrika.”

Banner
Wabah mpox di Afrika
Para pasien yang terjangkit mpox beserta keluarganya terlihat di sebuah pusat perawatan mpox di pinggiran Bukavu, Provinsi Kivu Selatan, Republik Demokratik (RD) Kongo, pada 31 Agustus 2024. (Xinhua/Alain Uyakani)

Lebih lanjut menurut kepala CDC Afrika itu, benua Afrika saat ini menghadapi wabah mpox yang berbeda, dengan kombinasi empat galur (strain) virus. “Di beberapa tempat, ada kombinasi dari berbagai jenis virus, dan inilah yang membuat mpox menjadi lebih rumit dalam hal penanganan yang tepat,” katanya.

Mpox, yang dikenal sebagai cacar monyet (monkeypox), kali pertama terdeteksi pada monyet laboratorium pada 1958. Mpox merupakan penyakit virus langka yang biasanya menular melalui cairan tubuh, percikan cairan saluran pernapasan, dan benda yang terkontaminasi lainnya. Infeksi mpox biasanya menyebabkan demam, ruam, dan pembengkakan kelenjar getah bening.

Pada pertengahan Agustus, CDC Afrika menyatakan wabah mpox yang sedang merebak di Afrika sebagai Darurat Kesehatan Masyarakat yang Mengancam Keamanan Benua (Public Health Emergency of Continental Security/PHECS). Tak lama setelah itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga menyatakan mpox sebagai Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Perhatian Internasional (Public Health Emergency of International Concern/PHEIC), mengaktifkan peringatan global level tertinggi untuk mpox, kedua kalinya dalam dua tahun.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan