Peneliti BRIN petakan sebaran keanekaragaman udang Mysid di Indonesia

Udang Mysid telah terpisah ke dalam tiga ordo tersendiri, yaitu Lophogastrida, Mysida, dan Stygiomysida. (BRIN)

Udang Mysid memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil hingga hanya mencapai 361 milimeter.

 

Bogor, Jawa Barat (Indonesia Window) – Secara geologis, pulau-pulau di Indonesia tidak pernah bersatu dengan pulau lain. Hal ini membuat kekayaan keanekaragaman hayati di Tanah Air memiliki karakteristik unik yang penting dan menarik untuk digali.

Peneliti Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi pada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Rofiza Yolanda, melakukan riset taksonomi udang Mysid, yang termasuk dalam kelompok Crustacea terkecil dengan tubuhnya berukuran antara 5 hingga 20 milimeter.

“Udang Mysid memiliki ukuran tubuh yang sangat kecil, namun ada juga yang mencapai 361 milimeter, sehingga jika diletakkan di ujung jari akan tampak sangat kecil,” kata Rofiza dalam Session of Sharing (SOS) ke-46 yang digelar secara daring, Jumat (12/7), dikutip dari laman BRIN, Ahad.

Awalnya, para peneliti mengelompokkan udang Mysid dalam satu tingkatan taksa, yaitu Mysidacea, dalam sistem klasifikasi pada tingkatan ordo. Namun, setelah diamati dan dievaluasi secara molekuler, diketahui bahwa udang Mysid telah terpisah ke dalam tiga ordo tersendiri, yaitu Lophogastrida, Mysida, dan Stygiomysida.

Kelompok ini memiliki jumlah spesies terbesar di seluruh habitat air tawar, air payau, hingga air laut, baik di permukaan maupun di dasar perairan. Secara global, terdapat 1.348 jenis udang Mysid yang paling banyak ditemukan di wilayah Indo Pasifik Barat dan Samudra Atlantik, termasuk bagian Meksiko dan Laut Karibia. Di Indonesia sendiri, hanya ditemukan dua ordo, yaitu Lophogastrida dan Mysida.

Rofiza menjelaskan bahwa studi taksonomi tentang udang Mysid telah dimulai sejak Ekspedisi Siboga pada 1899-1900 oleh para peneliti dari Belanda. Mereka menyusuri kawasan Indonesia tengah hingga bagian timur, dan hasilnya dipublikasikan dalam buku ‘The Schizopoda of The Siboga Expedition’.

Kegiatan ini kemudian dilanjutkan dengan Ekspedisi Dana oleh peneliti dari Denmark pada 1928-1930, yang menjelajahi berbagai negara dan kawasan, termasuk Indonesia. Dari hasil Ekspedisi Dana, hanya ditemukan satu kelompok dari Ordo Lophogastrida di Indonesia.

Pada periode 1976-1994, dilakukan juga Ekspedisi Musortom oleh para peneliti dari Prancis yang fokus di wilayah Filipina, dan menemukan beberapa spesies di Indonesia.

Pada tahun 2000-an, studi taksonomi tentang udang Mysid kembali dilakukan dengan melibatkan beberapa peneliti dari BRIN. Hasilnya adalah penemuan beberapa spesies di Indonesia, salah satunya adalah Siriella mulyadii yang dinamai berdasarkan anggota kelompok riset, Prof. Mulyadi.

Pada 2012, ditemukan spesies di Yogyakarta, pada 2014 di Lombok, pada 2017 di Bali, dan pada 2020 kembali ditemukan di Lombok. Namun, tidak semua spesimen dari ekspedisi tersebut di simpan di Indonesia, sehingga data mengenai udang Mysid di Tanah Air masih sangat sedikit.

Untuk itu, pada 2023, Rofiza mencoba memutakhirkan data dengan melakukan revisi dan kompilasi dari beberapa catatan, sehingga ditemukan udang mysid dari Ordo Lophogastrida di Aceh dan bagian barat Pulau Sumatera, serta di bagian utara Papua. “Kedepannya, saya akan mencoba memetakan dan memutakhirkan data dari ordo kedua, yaitu Ordo Mysida,” pungkas Rofiza.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan