Tim PBB mulai pindahkan minyak dari kapal tanker rusak ke kapal pengganti di lepas pantai Yaman

Tim darurat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (25/7/2023) memulai sebuah operasi berisiko untuk memindahkan minyak mentah dari sebuah kapal tanker yang mulai rusak dan terbengkalai di lepas pantai barat Yaman. (Xinhua)

Tumpahan minyak kapal tanker Safer dapat melepaskan minyak empat kali lebih banyak daripada bencana Exxon Valdez pada 1989 silam, yang membunuh ribuan burung laut dan mamalia laut serta menyebabkan kerusakan lingkungan yang meluas.

 

Hodeidah, Yaman (Xinhua) – Tim darurat Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada Selasa (25/7) memulai sebuah operasi berisiko untuk memindahkan minyak mentah dari sebuah kapal tanker yang mulai rusak dan terbengkalai di lepas pantai barat Yaman, papar laporan stasiun TV resmi Yaman, Yemen TV.

Tim PBB itu mulai memindahkan lebih dari satu juta barel minyak mentah dari kapal Safer, sebuah fasilitas penyimpanan dan pembongkaran terapung (floating storage and offloading/FSO), yang berlabuh di Laut Merah, dekat pantai Provinsi Hodeidah, kata TV pemerintah tersebut, mengutip sumber-sumber resmi.

Operasi ini diperkirakan akan berlangsung sekitar dua pekan.

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres melalui sebuah pesan video pada Selasa menyampaikan bahwa “kita harus terus bekerja untuk menjinakkan apa yang masih menjadi bom waktu dan menghindari risiko tumpahan minyak terburuk di era kita.”

David Gressly, residen PBB sekaligus koordinator kemanusiaan untuk Yaman, sebelumnya pada bulan ini mengungkapkan bahwa setelah operasi pemindahan minyak dari kapal ke kapal itu rampung, kapal pengganti, yang secara resmi berganti nama menjadi Yemen, akan dikaitkan pada sebuah pelampung tambatan kaki jangkar katener (catenary anchor leg mooring/CALM), yang akan dengan kuat tertambat di dasar laut.

Pada Sabtu (22/7), tim PBB berhasil dengan aman merapatkan kapal tanker Yemen di samping FSO Safer yang sudah semakin rusak, beberapa hari setelah menyelesaikan langkah-langkah keselamatan, termasuk mengoperasikan generator untuk menyebarkan gas di dalam kapal tanker Safer guna menghindari potensi ledakan.

Safer, yang awalnya dibangun sebagai supertanker pada 1976 dan kemudian dikonversi menjadi FSO untuk minyak, saat ini ditambatkan sekitar 4,8 mil laut di lepas pantai dekat Hodeidah.

Kapal tersebut saat ini berada di bawah kendali Houthi. Namun, pemerintah Yaman yang diakui secara internasional juga menegaskan klaim kepemilikannya atas kapal tanker dan minyak mentah di dalamnya. Konflik di antara kedua kubu itu mengganggu perawatan rutin kapal tersebut, sehingga menyebabkan kondisi kapal memburuk selama bertahun-tahun.

PBB telah memperingatkan bahwa tumpahan minyak dari FSO Safer dapat menimbulkan dampak sangat buruk terhadap Laut Merah dan pesisir pantai Yaman. Tumpahan itu dapat melepaskan minyak empat kali lebih banyak daripada bencana Exxon Valdez pada 1989 silam, yang membunuh ribuan burung laut dan mamalia laut serta menyebabkan kerusakan lingkungan yang meluas.

Tumpahan minyak kapal tanker ini juga dapat berujung pada penutupan sejumlah pelabuhan penting di Hodeidah dan Saleef, yang sangat penting bagi distribusi bahan makanan, bahan bakar, dan pasokan penyelamat ke Yaman, di mana 17 juta orang membutuhkan bantuan makanan.

Sebelumnya pada bulan ini, PBB mengungkapkan bahwa mereka berhasil mengumpulkan sekitar 118 juta dolar AS dari sekitar 148 juta dolar AS anggaran yang ditargetkan untuk proyek penyelamatan darurat kapal Safer.

Kota pelabuhan Hodeidah berada di bawah kendali Houthi sejak pecahnya perang saudara pada akhir 2014, ketika kelompok Houthi menguasai sebagian besar wilayah utara Yaman dan mengusir pemerintah yang diakui secara internasional dari ibu kota Sanaa.

*1 dolar AS = 15.007 rupiah

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan