Trump ancam naikkan tarif barang India, New Delhi akan ambil tindakan yang diperlukan
Trump mengumumkan tarif resiprokal sebesar 26 persen untuk barang-barang India sebagai tambahan dari tarif dasar 10 persen, tetapi dia kemudian menghentikan pemberlakuan tarif tersebut.
New York City, Amerika Serikat (Xinhua/Indonesia Window) – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Senin (4/8) mengancam akan “secara substansial” menaikkan tarif atas barang-barang yang diimpor dari India dengan alasan bahwa India membeli dan menjual kembali minyak Rusia.
“India tidak hanya membeli Minyak Rusia dalam jumlah besar, mereka juga, untuk sebagian besar Minyak yang dibeli, menjualnya di Pasar Terbuka untuk mendapatkan keuntungan besar,” kata Trump dalam sebuah unggahan di Truth Social.
Barang-barang India yang diimpor ke AS akan dikenakan tarif 25 persen mulai 7 Agustus, menurut sebuah perintah eksekutif yang ditandatangani oleh Trump pada 31 Juli.
Selain tarif 25 persen, Trump sebelumnya mengatakan bahwa dia akan memberlakukan sanksi untuk pembelian minyak Rusia oleh India, tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Pada awal April, Trump mengumumkan tarif resiprokal sebesar 26 persen untuk barang-barang India sebagai tambahan dari tarif dasar 10 persen, tetapi dia kemudian menghentikan pemberlakuan tarif tersebut.
Merespons ancaman baru Trump, Kementerian Luar Negeri India dalam sebuah pernyataan mengatakan “penargetan India itu tidak dapat dibenarkan dan tidak masuk akal,” dan bahwa impor minyak India dimaksudkan untuk “memastikan biaya energi yang terprediksi dan terjangkau” bagi konsumen India.
“Seperti halnya negara-negara besar lainnya, India akan mengambil semua langkah yang diperlukan untuk melindungi kepentingan nasional dan keamanan ekonominya,” menurut pernyataan di laman situs kementerian itu.
Defisit perdagangan barang AS dengan India mencapai 45,8 miliar dolar AS pada 2024, naik 5,9 persen dibandingkan pada 2023, menurut Kantor Perwakilan Dagang AS.
*1 dolar AS = 16.377 rupiah
Banyak negara telah menyuarakan penentangan yang kuat terhadap langkah-langkah tarif AS baru-baru ini.
Laporan: Redaksi

.jpg)








