Banner

Pascadebat pertama di Philadelphia, Trump coret kemungkinan debat kedua dengan Harris

Orang-orang di pusat pengarsipan media debat presiden Amerika Serikat (AS) menonton siaran langsung debat presiden pertama antara Wakil Presiden AS Kamala Harris dan mantan presiden AS Donald Trump di Philadelphia, AS, pada 10 September 2024. (Xinhua/Li Rui)

Trump mengeklaim dirinya memenangkan debat yang diselenggarakan oleh ABC News di Philadelphia, Negara Bagian Pennsylvania.

 

Washington, AS (Xinhua/Indonesia Window) – Mantan presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang merupakan calon presiden dari Partai Republik, pada Kamis (12/9) mengumumkan bahwa dirinya tidak akan berpartisipasi dalam debat presiden lainnya melawan Wakil Presiden AS Kamala Harris, calon presiden dari Partai Demokrat.

Dalam sebuah unggahan di Truth Social, platform media sosial miliknya, Trump mengeklaim dirinya memenangkan debat yang diselenggarakan oleh ABC News di Philadelphia, Negara Bagian Pennsylvania, pada Selasa (10/9) malam waktu setempat. Dia juga menuding Harris menolak menerima undangan debat dari Fox News, NBC News, dan CBS News.

Dalam sebuah unggahan di X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter, Harris pada Kamis mengatakan bahwa “kita berutang kepada para pemilih untuk kembali mengadakan debat.”

Tim kampanye Harris juga mengeklaim kemenangan dalam debat pertama antara kedua kandidat tersebut. “Wakil Presiden Harris menguasai panggung pada setiap isu yang penting bagi rakyat Amerika,” ungkap pernyataan yang dirilis sebelumnya.

Sebuah jajak pendapat CNN terhadap para penonton debat menunjukkan bahwa 63 persen setuju Harris tampil lebih baik dalam debat di Philadelphia.

Menurut Fox News, 12 pemilih dalam sebuah panel menganggap Harris memenangkan debat tersebut, sementara lima pemilih yakin Trump lebih unggul. Banyak kalangan mengatakan bahwa Trump tidak tahu cara menyerang lawan barunya dalam pemilihan presiden ini.

Sebuah artikel dari New York Times menyebutkan bahwa usai debat itu, banyak pakar strategi dan pejabat Partai Demokrat memuji performa Harris, sedangkan kubu Republik mengeluhkan “nada pertanyaan” yang disampaikan moderator serta mengakui bahwa Trump “kehilangan kesempatan” untuk melancarkan serangan-serangan terarah.

“Trump tidak berbuat banyak untuk meyakinkan para pemilih bahwa dirinya mampu melaksanakan tugas, dan dia terkadang tampak sangat marah dan kesal,” kata Darrell West, seorang senior fellow di Brookings Institution, kepada Xinhua.

Para demonstran berunjuk rasa di dekat National Constitution Center, yang merupakan lokasi penyelenggaraan debat presiden antara Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Kamala Harris dan mantan presiden Donald Trump, di Philadelphia, AS, pada 10 September 2024. (Xinhua/Li Rui)

Christopher Galdieri, seorang profesor ilmu politik di Saint Anselm College, mengatakan kepada Xinhua, “Harris awalnya sedikit gugup, namun kemudian berhasil menguasai situasi. Harris berpendapat bahwa Trump mewakili masa lalu, dan bahwa pemilihan ini merupakan kesempatan untuk membuka lembaran baru.”

Debat tersebut diadakan dalam waktu singkat, kurang dari dua bulan setelah Presiden AS Joe Biden mengundurkan diri dari pemilihan presiden 2024 usai menampilkan performa debat yang buruk dan setelah Harris mengumumkan niatnya untuk mencalonkan diri sebagai presiden. Harris secara resmi menerima nominasi pencalonan presiden dari Partai Demokrat pada akhir Agustus.

Dalam debat yang berlangsung selama satu jam 40 menit pada Selasa itu, kedua kandidat sering kali tidak memberikan rincian spesifik saat menjelaskan posisi kebijakan mereka, tetapi keduanya tak henti-hentinya menyerang satu sama lain, dengan masing-masing kandidat berulang kali menuduh kandidat lainnya berbohong.

Pertarungan sengit dan alot ini terjadi pada saat kedua kandidat bersaing ketat dalam jajak pendapat.

Menurut data jajak pendapat yang dikumpulkan oleh Real Clear Politics, hingga Kamis, tingkat persetujuan untuk kedua kandidat tersebut imbang di Pennsylvania, tempat debat diselenggarakan. Di Wisconsin, Michigan, dan Nevada, Harris mengungguli Trump sebesar masing-masing 1,8 poin persentase, 0,9 poin persentase, dan 0,6 poin persentase. Di Arizona, North Carolina, dan Georgia, Trump unggul sebesar masing-masing 1,6 poin persentase, 0,1 poin persentase, dan 0,3 poin persentase.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan