Banner

Feature – Warga Gaza gali reruntuhan dengan tangan kosong demi evakuasi jenazah dan korban selamat di tengah serangan baru Israel

Orang-orang melakukan pencarian di antara puing-puing bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel di kamp Nuseirat, Jalur Gaza tengah, pada 7 November 2024. Sedikitnya 22 warga Palestina tewas dalam serangan Israel di berbagai wilayah di Jalur Gaza pada Kamis (7/11), kata sejumlah sumber dari Palestina. (Xinhua/Marwan Dawood)

Tentara Israel menewaskan sedikitnya 36 anggota keluarga Mohammed Alloush dalam sebuah serangan ke rumah mereka di kamp pengungsi Jabalia.

 

Gaza, Palestina (Xinhua/Indonesia Window) – Dengan perasaan terguncang, Mohammed Alloush (35), seorang pria Palestina dari Jabalia di Jalur Gaza utara, bergegas menuju rumah kerabatnya pada Ahad (10/11) untuk mencari tahu apa yang terjadi setelah rumah tersebut diserang tentara Israel.

Setibanya di sana bersama puluhan tetangganya, Alloush terkejut mendapati rumah yang dulunya dihuni lebih dari 50 orang itu telah hancur lebur.

“Kami sedang tidur di rumah dan tepat pukul 05.00, seluruh rumah ini dibom dengan berton-ton bahan peledak untuk melakukan genosida. Lebih dari satu orang tewas, dan kami berhasil menyelamatkan beberapa di antaranya. Mereka dibom tanpa peringatan. Orang-orang tak berdosa dibom, termasuk anak-anak dan orang-orang berkebutuhan khusus,” tutur Alloush, yang merupakan penduduk Jabalia,

“Kami mendengar teriakan minta tolong dari bawah reruntuhan. Beberapa orang masih hidup. Saya harus menolong dan menyelamatkan mereka,” kata Alloush kepada Xinhua dengan suara bergetar.

Namun, baik Alloush maupun responden lainnya tidak memiliki alat bantu apa pun.

“Kami terpaksa menggali dengan tangan kosong untuk menolong orang-orang yang terluka dan mengeluarkan yang tewas sebisa mungkin,” kata ayah empat anak itu, sembari menggendong mayat seorang anak.

“Situasinya sangat berbahaya di sini, karena tentara Israel bisa saja menyerang rumah ini lagi, tetapi kami harus berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan sebanyak mungkin orang,” ujarnya.

Alloush mengatakan bahwa dia dan para tetangganya harus menguburkan korban tewas di tempat, dan memindahkan korban luka ke rumah sakit Kamal Adwan dan rumah sakit Indonesia, yang sudah tidak beroperasi, dengan menggunakan gerobak keledai.

Tentara Israel menewaskan sedikitnya
Orang-orang melakukan pencarian di antara reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel di kamp Nuseirat, Jalur Gaza tengah, pada 7 November 2024. (Xinhua/Marwan Dawood)

Sebelumnya pada hari yang sama, tentara Israel menewaskan sedikitnya 36 anggota keluarga Alloush dalam sebuah serangan ke rumah mereka di kamp pengungsi Jabalia, ungkap penduduk setempat dan sejumlah sumber medis.

Serangan itu merupakan bagian dari serangan militer skala besar yang sedang dilakukan Israel di wilayah tersebut mulai 5 Oktober, yang bertujuan untuk menumpas sisa-sisa kelompok Hamas dan mencegah mereka bersatu kembali di wilayah itu, demikian menurut klaim militer Israel.

Mahmoud Basal, selaku juru bicara Pertahanan Sipil Palestina di Gaza, mengatakan bahwa militer Israel memaksa tim Pertahanan Sipil itu meninggalkan daerah tersebut dan mengepung banyak warga di dalam rumah mereka.

Di Jalur Gaza utara, serangan Israel menewaskan lebih dari 1.800 orang, melukai sekitar 4.000 lainnya, serta ratusan warga masih dinyatakan hilang, selain menghancurkan semua rumah sakit di wilayah itu, demikian disampaikan oleh kantor media pemerintah yang dikelola Hamas pada Senin (4/11) dalam sebuah pernyataan pers.

Sementara itu, operasi penyelamatan sulit dilakukan di Gaza City, bahkan dengan kehadiran badan Pertahanan Sipil .

Pada Sabtu (9/11) malam waktu setempat, tentara Israel menewaskan sedikitnya lima warga Palestina dalam serangan terhadap rumah keluarga al-Khour di kawasan Tal al-Hawa di sebelah barat Gaza City.

“Sangat sulit bagi ambulans dan Pertahanan Sipil untuk mencapai area tersebut dengan cepat, jadi saya memutuskan untuk menyelamatkan para korban yang selamat dengan tangan kosong tanpa alat bantu dan menarik keluar jenazah yang tertimbun untuk menguburkan mereka pada pagi hari,” ungkap Mohammed Doghmosh, warga Palestina berusia 25 tahun, kepada Xinhua.

Doghmosh mengatakan dia dan teman-temannya menggunakan senter di ponsel mereka untuk melihat dengan jelas di antara reruntuhan sehingga mereka dapat secepatnya mengeluarkan para korban.

“Setiap saat, kami berlomba melawan kematian, perang, dan waktu. Jadi, kami harus menjalankan misi ini dengan tangan kami sendiri dan saling membantu sebaik mungkin,” imbuhnya.

Warga melakukan salat jenazah untuk para korban yang terbunuh dalam serangan Israel di Rumah Sakit Medis Nasser di Kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan, pada 21 Oktober 2024. Menurut data terbaru dari otoritas kesehatan yang berbasis di Gaza, jumlah warga Palestina yang tewas akibat serangan Israel yang terus berlangsung di daerah kantong tersebut telah menembus 42.600 orang. (Xinhua/Rizek Abdeljawad)

Israel telah melancarkan serangan skala besar terhadap Hamas di Jalur Gaza untuk membalas serangan Hamas di perbatasan Israel selatan pada 7 Oktober 2023, di mana sekitar 1.200 orang tewas dan sekitar 250 lainnya disandera.

Jumlah warga Palestina yang tewas akibat serangan Israel yang sedang berlangsung di Gaza telah meningkat menjadi 43.603 orang, sedangkan jumlah korban luka-luka mencapai 102.929 orang, ungkap otoritas kesehatan yang berbasis di Gaza dalam sebuah pernyataan pada Ahad.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan