Teknologi produksi etilen glikol (ethylene glycol/EG) China mampu mencapai kapasitas produksi 1.000 ton per tahun, menandai langkah signifikan dalam transformasi hijau rantai industri kimia di negara tersebut.
Beijing, China (Xinhua/Indonesia Window) –Tim ilmuwan China mengembangkan teknologi untuk memproduksi etilen glikol (ethylene glycol/EG), bahan kimia energi massal yang penting, yang berbasis hayati dan berkelanjutan, dengan kapasitas produksi 1.000 ton per tahun. Teknologi tersebut menandai langkah signifikan dalam transformasi hijau rantai industri kimia di China.
Terobosan ini juga akan mendukung pembangunan ekonomi berkelanjutan di China serta realisasi target “karbon ganda” negara tersebut, yakni mencapai puncak emisi karbon dioksida pada 2030 dan mewujudkan netralitas karbon pada 2060, papar Zheng Mingyuan, seorang peneliti di Institut Fisika Kimia Dalian (Dalian Institute of Chemical Physics/DICP) yang berada di bawah naungan Akademi Ilmu Pengetahuan China (Chinese Academy of Sciences/CAS).
Tim ilmuwan dari DICP dan SinoSci Bio-EG (Zhengzhou) New Energy Technology Co., Ltd. berhasil merampungkan uji coba teknologi konversi katalitik biomassa menjadi EG berbasis hayati pada skala 1.000 ton per tahun. Uji ini lulus evaluasi oleh Federasi Industri Perminyakan dan Bahan Kimia China pada Kamis (17/10).
EG, yang kerap digunakan dalam sintesis serat poliester, botol poliester, bahan antibeku, pelapis, dan senyawa obat medis, secara tahunan mencatatkan konsumsi global lebih dari 30 juta ton. China merupakan produsen dan konsumen utama EG, dengan konsumsi tahunan melampaui 20 juta ton.
Kendati demikian, EG sebagian besar diproduksi dari minyak bumi atau batu bara, sehingga memiliki kelemahan, misalnya ketergantungan pada sumber daya yang tak terbarukan, emisi karbon dioksida yang tinggi, serta konsumsi energi yang tinggi. Oleh karena itu, pengembangan teknologi-teknologi produksi EG yang ramah lingkungan dan efisien sangat dibutuhkan, kata Zheng.
Pada 2008, tim ilmuwan yang dipimpin oleh Zhang Tao, seorang akademisi CAS, memelopori konversi katalitik selulosa langsung menjadi EG di DICP. Penelitian ini membangun jalur baru untuk produksi EG berbasis hayati.
Pada tahun-tahun berikutnya, tim ilmuwan tersebut melakukan penelitian sistematis yang berfokus pada pemahaman mendasar dan penerapan di industri. Mereka mencapai kemajuan signifikan dalam mengembangkan katalis berbiaya rendah, meneliti mekanisme reaksi, mengubah bahan baku, dan menciptakan sistem reaksi berefisiensi tinggi.
Pada 2022, tim ilmuwan tersebut, yang berkolaborasi dengan SinoSci Bio-EG dan sejumlah mitra lainnya, membangun fasilitas di Puyang, Provinsi Henan, China tengah, yang menjadi fasilitas percontohan pertama di dunia untuk produksi 1.000 ton EG berbasis hayati melalui proses katalisis. Tim itu kemudian melakukan pengembangan teknologi untuk proyek tersebut.
Zheng menjelaskan bahwa fasilitas percontohan itu menggunakan bahan baku biomassa gula yang berasal dari pati dan batang pohon jagung untuk memproduksi EG melalui sistem reaksi katalitik yang sangat selektif, dikombinasikan dengan proses pemisahan produk yang efisien. Seluruh proses tersebut ramah lingkungan dan rendah karbon.
Dengan lebih dari 40 paten invensi resmi, teknologi ini memiliki portofolio hak kekayaan intelektual independen yang komprehensif, ungkap Zheng.
Operasi percontohan tersebut menjadi dasar bagi penerapan teknologi ini dalam industri pada skala 10.000 ton per tahun, kata Zheng.
Laporan: Redaksi