Banner

Mahasiswa internasional kembali ke China dengan semangat dan harapan (Bagian 2 – selesai)

Sejumlah pengunjung menyimak informasi tentang proses pembayaran dengan e-CNY (yuan digital) di ekshibisi jasa keuangan dalam Pameran Perdagangan Jasa Internasional China (China International Fair for Trade in Services/CIFTIS) 2022 di Shougang Park di Beijing, ibu kota China, pada 3 September 2022. (Xinhua/Ju Huanzong)

Dania Zaman, yang berkuliah di jurusan kedokteran klinis di Universitas Kedokteran Shanxi di Provinsi Shanxi, memiliki pendapat yang sama tentang perubahan di China. Pada sore hari ketika Festival Lampion, setelah dua hari menempuh perjalanan menuju ke China, Dania tidak sabar untuk meletakkan barang-barang bawaannya dan bergegas pergi menuju pusat kota Taiyuan untuk merasakan langsung kemeriahan Festival Lampion.

“Ini adalah kali pertama saya berpartisipasi dalam perayaan Festival Lampion. Menebak teka-teki lampion, pertunjukan lampion, dan kegiatan-kegiatan lainnya membuat saya merasakan pentingnya budaya tradisional bagi penduduk China,” katanya.

Baru tiga tahun, tetapi perubahan di Taiyuan mengejutkan mahasiswi Pakistan itu. Zhonglou Street, yang menjadi lokasi Festival Lampion dirayakan, tiga tahun lalu merupakan jalan kawasan komersial pada umumnya. Namun, Zhonglou Street kini telah direnovasi dan menjadi kawasan populer di kota itu, dengan jumlah pengunjung harian mencapai lebih dari 200.000 orang pada saat puncak.

Selain itu, Dania juga memperhatikan bahwa transportasi kini semakin nyaman dan ramah lingkungan. Semakin banyak bus antar jemput dari kampus ke pusat kota, kereta bawah tanah pertama di Taiyuan telah dibuka, dan semakin banyak kendaraan energi baru terlihat di jalan-jalan kota.

“Seperti yang saya duga, China masih dipenuhi hiruk pikuk dan vitalitas. Saya merasa seperti tidak pernah meninggalkan tempat ini” ujar Dania.

Banner

Teknologi digital di China

China terus melakukan terobosan di bidang komunikasi 5G, energi baru, kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), serta bidang ilmiah dan teknologi lainnya selama bertahun-tahun. Ini telah menjadi salah satu faktor penting di balik daya tarik China bagi para pelajar internasional.

“Dari sudut pandang saya, China berada di garis depan pengembangan ilmu komputer dalam skala global. China merupakan negara dengan penerapan teknologi digital termaju yang pernah saya kunjungi. Infrastruktur digitalnya yang berskala besar sangat mengesankan, dari jaringan 5G terbesar di dunia hingga meluasnya penggunaan kecerdasan buatan di perusahaan-perusahaan terkemuka China,” tutur Paula Rodriguez De Viguri Azor, seorang mahasiswa asal Spanyol di South China University of Technology di Guangzhou.

Menurut data dari Biro Statistik Nasional China, dana yang digunakan untuk penelitian dan pengembangan di China melampaui 3 triliun yuan pada 2022. Indeks Inovasi Global (Global Innovation Index/GII) 2021, yang dirilis oleh Organisasi Kekayaan Intelektual Dunia (World Intellectual Property Organization/WIPO), melaporkan bahwa peringkat indeks inovasi global China terus meningkat selama sembilan tahun berturut-turut, menunjukkan momentum kenaikan yang kuat.

Berbicara tentang rencana masa depannya setelah lulus, Paula mengatakan bahwa dirinya bertekad untuk bekerja di perusahaan China atau perusahaan internasional yang memiliki koneksi dengan China.

Sebagai kontributor utama ekonomi global, China memiliki potensi besar dalam kerja sama internasional dan peluang bisnis dengan banyak perusahaan dari seluruh dunia, kata Paula, seraya menambahkan bahwa dengan mendorong pertukaran internasional dan meningkatkan sikap saling memahami di antara negara-negara yang berbeda, semakin banyak kawan internasional yang akan jatuh cinta dengan China seperti dirinya.

Bagi Alansi, yang akan segera lulus, tujuan utamanya saat ini adalah menyelesaikan tesisnya. Menurut Alansi, yang lebih penting lagi, dirinya berharap dapat lebih memahami industri e-commerce China dan menerapkan pengalamannya untuk karier masa depannya.

Banner

Alansi mengatakan bahwa dirinya mendirikan toko e-commerce di Yaman tahun lalu untuk menjual kosmetik China. Meski awalnya sulit, berkat model bisnis yang terus mengalami penyesuaian serta dukungan dari teman dan kerabat, toko kecilnya itu dapat menghasilkan keuntungan setelah tujuh bulan beroperasi.

Namun demikian, Alansi tidak ingin terburu-buru memperluas penjualan tokonya pada tahap ini. Dia percaya bahwa hal terpenting saat ini adalah belajar lebih banyak tentang model e-commerce China yang sukses dan mengamankan reputasi yang baik bagi tokonya.

*1 yuan = 2.193 rupiah

Laporan: Xinhua

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan