Banner

Jakarta (Indonesia Window) – Beberapa kantong teh yang mengemas teh celup premium mungkin meninggalkan miliaran partikel plastik mikroskopis di cangkir, sebut penelitian terbaru dalam laporan BBC yang dikutip di Jakarta, Jumat.

Para peneliti Kanada menemukan bahwa beberapa kantong teh plastik menumpahkan plastik mikro tingkat tinggi ke dalam air.

Plastik mikro juga banyak ditemukan di lingkungan sekitar, seperti di keran dan air kemasan, serta di beberapa makanan.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan partikel seperti itu dalam air minum tampaknya tidak menimbulkan risiko, namun mereka berpendapat bahwa temuan itu didasarkan pada “informasi terbatas” dan menyarankan penelitian lebih lanjut tentang masalah ini.

Para peneliti dari Universitas McGill di Montreal, Kanada, juga menyarankan penyelidikan lebih lanjut tentang dampak kesehatan dari plastik mikro, yang didefinisikan sebagai potongan kecil (kurang dari 5mm) yang berasal dari puing plastik jenis apa pun.

Dalam penelitian tersebut mereka membeli empat teh komersial berbeda yang dikemas dalam kantong teh plastik.

Sebagian besar teh celup terbuat dari kertas, tapi beberapa merek premium telah beralih menggunakan jenis plastik sebagai ganti untuk produk mereka.

Para peneliti mengeluarkan teh dan menempatkan kantong teh kosong di air yang dipanaskan hingga 95 derajat Celsius seperti saat menyeduh teh celup.

Mereka menemukan bahwa satu kantong teh plastik melepaskan sekitar 11,6 miliar plastik mikro dan 3,1 miliar partikel nano kecil ke dalam air panas. Partikel-partikel itu sama sekali tidak terlihat oleh mata telanjang.

Tingkat “partikel yang dilepaskan dari kemasan teh celup beberapa kali lipat lebih tinggi dari pada muatan plastik yang sebelumnya dilaporkan ada dalam makanan lain”, menurut penelitian yang diterbitkan oleh jurnal Environmental Science and Technology tersebut.

Peneliti Laura Hernandez mengatakan mereka terkejut dengan jumlah yang ditemukan itu dibandingkan dengan yang dicatat dalam penelitian lain, seperti dalam air kemasan.

Dia mengatakan hal tersebut mungkin disebabkan fokus penelitian mereka pada partikel terkecil (mikro plastik) yang berukuran sekitar ketebalan satu helai rambut, dan nanoplastik yang seribu kali lebih kecil.

Hal itu juga bisa terjadi karena fakta bahwa “plastik mikro dari kantong teh celup adalah plastik yang terkena air mendidih” dan bukan hanya air pada suhu kamar, imbuh dia.

“Sebenarnya tidak perlu mengemas teh dalam plastik, yang pada akhirnya menjadi plastik sekali pakai,” kata Laura, seraya menambahkan bahwa konsumen tidak hanya menelan plastik tetapi juga memberi beban pada lingkungan akibat limbah plastik.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan