“Tatanan internasional berbasis aturan” mengalami kemerosotan yang tidak dapat dibalikkan, sementara menerima fakta tersebut dan memimpin gerakan untuk tatanan politik dan ekonomi yang baru, lebih inklusif, dan imajinatif adalah tugas yang dapat dilakukan Amerika Serikat dengan baik.
New York City, AS (Xinhua) – Ketika lanskap geopolitik bergeser dalam satu dekade terakhir dan pengaruh Amerika Serikat (AS) meredup di seluruh dunia, Washington tidak dapat terus salah mengartikan semua intervensi atau keterlibatannya dalam konflik sebagai mempertahankan “tatanan berbasis aturan,” menurut sebuah artikel yang diterbitkan oleh majalah The Nation pada Senin (24/7).
“Washington harus menerima bahwa teman dan sekutu akan sering kali mengambil jalannya sendiri jika kepentingan mereka tidak selaras dengan kepentingan AS di panggung dunia,” kata artikel itu.
Memang, penerapan luas sanksi ekstrateritorial sebagai prinsip utama ketatanegaraan AS telah membuat dorongan untuk melepaskan diri dari “aturan” Washington kian besar dari sebelumnya, papar artikel tersebut.
Lebih lanjut disebutkan bahwa sekitar 40 persen cadangan minyak global berada di bawah sanksi AS, menciptakan tekanan besar terhadap produsen dan pembeli minyak untuk beralih ke penjualan minyak nondolar.
Pada 2001, dolar AS mencakup 73 persen dari cadangan mata uang global, dan tahun ini, angkanya menjadi 58 persen, turun 15 poin persentase. “Masalah tidak berakhir dengan dedolarisasi,” catatnya.
“Tatanan internasional berbasis aturan” mengalami kemerosotan yang tidak dapat dibalikkan, katanya. Menerima fakta tersebut dan memimpin gerakan untuk tatanan politik dan ekonomi yang baru, lebih inklusif, dan imajinatif adalah tugas yang dapat dilakukan AS dengan baik, kata artikel itu.
AS “harus mengadvokasi pembagian beban multilateral yang sebenarnya” melalui lembaga dan perjanjian yang ada saat ini maupun yang baru, dan “berhenti ‘menjaga ketertiban’ tatanan dunia sesuai yang dianggapnya perlu, dan menjadi bagian penting dalam menyatukan negara-negara untuk bertemu guna memecahkan masalah umat manusia yang paling membuat frustrasi,” imbuhnya.
Laporan: Redaksi