Taiwan temukan kasus pertama Chikungunya tahun ini dari pekerja migran Indonesia

Ilustrasi. Seorang pekerja migran Indonesia telah didiagnosis mengidap demam Chikungunya, dan menjadi kasus pertama penyakit infeksi virus ini di Taiwan pada 2021, kata Pusat Pengendalian Penyakit (CDC), Selasa (23/3/2021). (mika mamy from Pixabay)

Jakarta (Indonesia Window) – Seorang pekerja migran Indonesia telah didiagnosis mengidap demam Chikungunya, dan menjadi kasus pertama penyakit infeksi virus ini di Taiwan pada 2021, kata Pusat Pengendalian Penyakit (CDC), Selasa.

Pria berusia 20-an itu melakukan tes darah dan tes COVID-19 setibanya di Pulau Formosa pada 16 Maret di bandara, setelah dia menderita demam. Hasil tes menunjukkan positif untuk demam Chikungunya.

Pasien saat ini menjalani karantina di rumah sakit untuk perawatan, kata CDC dalam siaran pers.

Sejauh ini, tak satu pun dari dua kontak dekatnya menunjukkan gejala apa pun.

Demam Chikungunya seperti demam berdarah, ditularkan oleh nyamuk dan memiliki masa inkubasi dua hingga 12 hari. Orang yang menderita Chikungunya juga menunjukkan gejala seperti demam berdarah, meliputi demam mendadak, sakit kepala, nyeri sendi dan otot, mual dan kelelahan.

Komplikasi serius dari penyakit tersebut tidak umum terjadi, kecuali pada beberapa orang lanjut usia, dan kebanyakan pasien akan pulih dalam 7 hingga 10 hari.

Sejak Taiwan mendaftarkan Chikungunya sebagai penyakit yang harus dilaporkan pada Oktober 2007, tercatat 232 kasus yang dikonfirmasi. Mayoritas kasus adalah impor (211), dengan 90 persen di antaranya berasal dari negara-negara Asia Tenggara, terutama Myanmar (70), Indonesia (62) dan Filipina (28), menurut data CDC.

CDC telah menyarankan masyarakat untuk mengambil tindakan pencegahan ketika mengunjungi negara-negara Asia Tenggara dan tempat-tempat di mana Chikungunya merajalela.

Wisatawan disarankan untuk menggunakan pengusir serangga yang disetujui pemerintah, mengenakan pakaian lengan panjang berwarna terang, dan memilih akomodasi yang memiliki layar di pintu dan jendela, imbuh CDC.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan