Jakarta (Indonesia Window) – Pemerintah Taiwan berpeluang mencabut aturan pembatasan berkumpulnya orang di satu tempat jika tidak ada infeksi COVID-19 dalam negeri paling lambat hingga 7 Juni 2020, kata Pusat Komando Epidemi Sentral (CECC) di Taipei, Selasa.
Tanggal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada penularan COVID-19 selama 56 hari di dalam negeri, atau empat kali masa inkubasi 14 hari, sebut CECC seperti yang dilaporkan oleh Kantor Berita CNA.
Namun, warga masih harus memberikan nama dan perincian kontak mereka jika berkumpul di sebuah pertemuan atau acara. Masyarakat juga harus menjaga kebersihan pribadi dengan baik seperti mencuci tangan dan mengenakan masker jika mereka tidak dapat menjaga jarak aman dari orang lain, atau saat menggunakan transportasi umum, kata CECC.
Kemungkinan pencabutan aturan pembatasan itu diumumkan oleh CECC menyusul kepastian bahwa tidak ada kasus baru COVID-19 pada Selasa (26/5) yang merupakan hari ke-44 berturut-turut tanpa infeksi menular domestik.
Kurangnya kasus di Taiwan mencerminkan keamanan dari kehidupan sehari-hari di Pulau Formosa sehubungan dengan pandemik COVID-19.
Menurut data CECC, sejak wabah dimulai pada Desember 2019, Taiwan telah mencatat 441 kasus infeksi yang dikonfirmasi, 350 di antaranya telah diklasifikasikan sebagai kasus impor dan 55 sebagai infeksi lokal.
Sementara itu, 36 kasus lainnya berasal dari infeksi kluster di atas kapal Angkatan Laut yang kembali pada 9 April dari misi di Samudra Pasifik yang berhenti di Palau pada 12-14 Maret.
Temuan awal menunjukkan bahwa orang-orang itu tertular virus di Taiwan atau di kapal Angkatan Laut saat berada di laut, kata penasihat CECC Chang Shan-chwen.
Sampai saat ini, 416 pasien COVID-19 di Taiwan telah pulih, tujuh meninggal dan sisanya masih dirawat di rumah sakit, menurut CECC.
Statistik terbaru menunjukkan lebih dari 5,6 juta orang telah terinfeksi di seluruh dunia dan hampir 350.000 kematian telah dilaporkan.
Sejauh ini, 2.384.533 orang telah pulih dari penyakit tersebut.
Laporan: Redaksi