Banner

Survei: Tantangan terbesar bisnis AS adalah kesulitan pasar tenaga kerja

Ilustrasi. Jumlah lowongan kerja di Amerika Serikat menurun 455.000 menjadi 11,4 juta pada hari kerja terakhir pada April 2022. (Brian Lundquist on Unsplash)

Jakarta (Indonesia Window) – Pebisnis cenderung menyebut kesulitan pasar tenaga kerja sebagai “tantangan terbesar” mereka, diikuti oleh gangguan rantai pasokan, seperti disampaikan Bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve (The Fed) dalam sebuah survei yang dirilis pada Rabu (1/6).

Seluruh 12 distrik The Fed telah melaporkan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan sejak periode sebelumnya, dengan sebagian besar di antaranya menunjukkan “pertumbuhan tipis atau sedang,” kata The Fed dalam Beige Book terbaru, sebuah survei tentang kondisi ekonomi berdasarkan informasi yang dikumpulkan dari 12 bank sentral regional The Fed.

Empat distrik menunjukkan ‘pertumbuhan moderat’, sementara empat distrik lainnya secara eksplisit mencatat ‘laju pertumbuhan yang melambat’ sejak periode sebelumnya, papar Beige Book itu, yang dirilis delapan kali per tahun.

Beige Book tersebut mengungkapkan bahwa kontak bisnis di sebagian besar distrik melaporkan pertumbuhan yang sedang berlangsung di industri manufaktur.

“Kontak (industri) retail mencatat beberapa penurunan saat konsumen menghadapi harga yang lebih tinggi, dan kontak (industri) real estate perumahan mencatat pelemahan saat pembeli menghadapi harga yang tinggi dan kenaikan suku bunga,” papar survei itu.

Delapan distrik melaporkan bahwa ekspektasi pertumbuhan masa depan di antara kontak bisnis mereka telah “berkurang”, sementara kontak bisnis di tiga distrik “secara khusus menunjukkan kekhawatiran terhadap resesi”, papar survei itu.

Mencatat bahwa kontak-kontak bisnis cenderung menyebut kesulitan pasar tenaga kerja sebagai “tantangan terbesar” mereka, Beige Book mengatakan sebagian besar distrik melaporkan bahwa lapangan kerja naik tipis atau sedang di pasar tenaga kerja yang digambarkan seluruh distrik sebagai “ketat”.

Jumlah lowongan kerja menurun 455.000 menjadi 11,4 juta pada hari kerja terakhir pada April, seperti dilaporkan Biro Statistik Tenaga Kerja AS pada Rabu (1/6). Pada April, jumlah perekrutan sedikit berubah yakni berada di angka 6,6 juta.

Lebih lanjut, Beige Book mencatat bahwa kekurangan tenaga kerja terus memaksa banyak perusahaan untuk beroperasi di bawah kapasitas. “Sebagai respons, perusahaan-perusahaan terus menerapkan otomatisasi, menawarkan fleksibilitas pekerjaan yang lebih besar, dan menaikkan upah,” papar survei tersebut.

Sumber: Xinhua

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan