Jakarta (Indonesia Window) – Sebuah surveri terbaru yang dilakukan UNICEF (Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa) dan Gallup menyebutkan generasi muda di seluruh dunia lebih mungkin merasa tertekan dan cemas dibandingkan generasi tua selama pandemik COVID-19.
Sekitar 36 persen responden muda mengaku ‘sering’ merasa gugup, khawatir atau cemas, sedangkan pada generasi tua angkanya 30 persen.
Kaum muda juga lebih cenderung merasa tertekan atau memiliki sedikit minat dalam melakukan sesuatu, menurut survei yang dilakukan terhadap 22.000 responden dari 21 negara antara Januari hingga Juni 2021 itu, yang dilansir Xinhua, Kamis (27/1).
Ahli Bedah Umum Amerika Serikat (AS) Vivek Murthy menyadari tren mengkhawatirkan itu. Dalam sebuah imbauan bulan lalu, Murthy menyerukan tindakan cepat untuk menanggapi krisis kesehatan mental yang berkembang di kalangan muda yang semakin diperparah oleh penyebab stres terkait pandemi COVID-19.
“Ini akan menjadi tragedi jika kita menyelesaikan satu krisis kesehatan masyarakat hanya untuk membiarkan (krisis) yang lain tumbuh menggantikannya,” kata Murthy.
“Tantangan kesehatan mental pada anak-anak, remaja, dan dewasa muda adalah nyata, dan tersebar luas. Namun, yang terpenting, ini dapat diobati, dan sering kali bisa dicegah,” ujar dia.
Kekhawatiran tentang kesehatan mental generasi muda mulai meningkat selama pandemik, setelah berbulan-bulan menjalani isolasi sosial, penutupan sekolah, dan kesulitan terkait pandemi lainnya diyakini memicu peningkatan level kecemasan dan depresi, tambah sang ahli bedah dalam rekomendasinya.
Sumber: Xinhua
Laporan: Redaksi