Banner

Surplus neraca perdagangan Indonesia naik 43 bulan berturut-turut

Sejumlah karyawan mengangkut paket-paket pesanan di Toko Mutiara Indah di Jakarta pada 10 November 2023. Terletak di Jakarta Utara, Asemka merupakan pasar grosir komoditas berskala kecil terkenal di Indonesia. Para pedagang di pasar tersebut menjadi lebih sibuk saat festival belanja “Double Eleven”, atau 11.11. Tanggal 11 November dipromosikan sebagai hari belanja daring dalam beberapa tahun terakhir, dan secara bertahap mulai menjadi “tradisi” baru di Indonesia. Di sebuah gerai grosir kecil bernama “Toko Mutiara Indah”, para karyawan sibuk menangani pesanan dan paket untuk dikirim. Sebagian besar barang yang dijual di toko tersebut diimpor dari provinsi Zhejiang dan Guangdong di China, menurut sang pemilik toko, Benson. (Xinhua/Xu Qin)

Surplus neraca perdagangan Indonesia tercatat sebesar 2,41 miliar dolar AS pada November 2023, menandai surplus selama 43 bulan secara berturut-turut atau sejak Mei 2020.

 

Jakarta (Xinhua) – Indonesia membukukan surplus neraca perdagangan sebesar 2,41 miliar dolar AS pada November 2023, menandai surplus selama 43 bulan secara berturut-turut atau sejak Mei 2020.

Namun, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan nilai surplus bulan lalu lebih kecil dibandingkan angka Oktober tahun ini sebesar 3,48 miliar dolar AS dan dibandingkan November 2022 yang mencapai 5,1 miliar dolar AS. Penurunan ini dipengaruhi oleh nilai ekspor yang menurun sementara nilai impor meningkat.

Nilai ekspor pada November lalu mencapai sebesar 22 miliar dolar AS, turun tipis 0,7 persen dibandingkan bulan sebelumnya baik untuk komoditas minyak dan gas (migas) maupun nonmigas, terutama besi dan baja, nikel dan ampas sisa industri makanan. Secara tahunan, nilai ekspor turun 8,6 persen.

Di sisi lain, nilai impor Indonesia naik 4,9 persen dibandingkan bulan sebelumnya menjadi 19,6 miliar dolar AS. Kenaikan impor tersebut baik untuk komoditas migas maupun nonmigas khususnya besi dan baja, ampas sisa industri makanan, dan pupuk. Secara tahunan, nilai impor itu meningkat 3,3 persen.

Seorang ekonom dari Bank Danamon, Irman Faiz, mengatakan bahwa penurunan ekspor Indonesia secara tahunan disebabkan oleh penurunan harga komoditas pertambangan khususnya batu bara. Faktor-faktor lainnya yaitu permintaan global yang lemah menyebabkan ekspor produk manufaktur menurun.

Sementara itu, salah satu penyebab meningkatnya nilai impor adalah karena peningkatan permintaan domestik menjelang Hari Raya Natal dan libur akhir tahun, terlihat dari impor barang konsumsi yang meningkat lebih dari 10 persen dan barang modal hampir 7 persen dalam satu bulan.

Irman memperkirakan surplus perdagangan Indonesia akan semakin berkurang di masa depan. “Oleh karena itu, kami mempertahankan perkiraan kami untuk defisit transaksi berjalan tahun ini sebesar 0,4 persen dari produk domestik bruto (PDB), dan mengantisipasi kenaikan PDB menjadi 1 persen untuk tahun depan,” tulisnya dalam sebuah catatan setelah data BPS dirilis.

*1 dolar AS = 15.493 rupiah

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan