Banner

Sri Lanka pilih presiden baru pada 20 Juli

Ilustrasi. Lumpuh oleh kekurangan cadangan devisa setelah runtuhnya ekonomi yang bergantung pada pariwisata, Sri Lanka yang berpenduduk 22 juta orang telah gagal membayar semua utang luar negerinya.(Gordon Johnson from Pixabay)

PM Wickremesinghe mengatakan dia sepenuhnya mendukung hak warga negara untuk melakukan protes damai, tetapi bersumpah untuk mengambil tindakan keras terhadap “gerilyawan yang mencoba menciptakan kerusuhan.”

 

Jakarta (Indonesia Window) – Ketua DPR Sri Lanka, Mahinda Yapa Abeywardena, menerima surat pengunduran diri Gotabaya Rajapaksa, yang dia kirimkan pada Kamis malam (14/7) setelah melarikan diri dari negaranya sendiri di tengah protes massal atas krisis ekonomi yang melumpuhkan kehidupan di negara Asia Selatan itu.

Anggota parlemen mulai bersidang pada hari Sabtu (16/7) untuk memulai proses pemilihan pemimpin baru, dengan proses administrasi kandidat akan diselesaikan pada 19 Juli, menurut pernyataan parlemen.

Abeywardena mengatakan dia mengharapkan semua pihak untuk mendukung seluruh proses dan memastikan hal itu dilakukan “tanpa hambatan dalam kerangka demokrasi.”

Banner

Sementara itu, dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi, Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe mengatakan dirinya akan memulai langkah-langkah untuk memperkuat parlemen dan mengekang kekuasaan presiden.

Dia mendesak semua pemangku kepentingan untuk mencapai “kesepakatan guna membentuk pemerintahan semua partai,” menurut sebuah laporan oleh surat kabar Sri Lanka Daily Mirror.

“Sudah waktunya untuk melupakan aspirasi politik individu. Harus ada negara bagi kita untuk terlibat dalam politik. Saya mengajak semua partai politik untuk menjadi bagian dari proses membangun kembali bangsa,” katanya.

Wickremesinghe mengatakan dia sepenuhnya mendukung hak warga negara untuk melakukan protes damai, tetapi bersumpah untuk mengambil tindakan keras terhadap “gerilyawan yang mencoba menciptakan kerusuhan.”

Rajapaksa melarikan diri ke Singapura dari Maladewa pada hari Kamis (14/7), setelah meninggalkan Sri Lanka saat negaranya berada dalam cengkeraman kekacauan ekonomi ketika berbulan-bulan protes massa nasional menyerukan penggulingannya.

Dia melarikan diri dari Sri Lanka setelah ribuan pengunjuk rasa menyerbu istana presiden di ibu kota Kolombo dan membakar kediaman resmi perdana menteri.

Banner

Kementerian Luar Negeri Singapura mengatakan Rajapaksa sedang dalam “kunjungan pribadi” dan “belum meminta suaka dan dia juga tidak diberikan suaka.”

Maladewa mengatakan pihaknya mengizinkan pesawat Angkatan Udara Sri Lanka yang membawa Rajapaksa dan istrinya mendarat pada Rabu (13/7) menyusul permintaan resmi dari Pemerintah Sri Lanka.

Rakyat Sri Lanka menyalahkan dinasti politik Rajapaksa atas krisis tersebut. Saudara laki-laki Rajapaksa, Mahinda, mengundurkan diri sebagai perdana menteri pada bulan Mei.

Lumpuh oleh kekurangan cadangan devisa setelah runtuhnya ekonomi yang bergantung pada pariwisata, negara pulau berpenduduk 22 juta orang itu telah gagal membayar semua utang luar negerinya.

Mereka tidak mampu membayar makanan, bahan bakar, dan kebutuhan pokok lainnya, dengan kekurangan bahan bakar pada gilirannya menyebabkan pemadaman listrik harian yang berkepanjangan. Sekolah telah ditutup dan pegawai negeri diminta untuk bekerja dari rumah.

Pemerintah sedang bernegosiasi dengan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk paket bailout, tetapi sejauh ini belum ada kesepakatan yang tercapai.

Banner

Sumber: Anadolu Agency

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan