Signa Sports United, perusahaan retail olahraga Jerman, mengajukan kepailitan di Kota Stuttgart, Jerman, pada akhir bulan lalu, dan menjadi korban terkini dalam gelombang kebangkrutan retail baru-baru ini di negara tersebut.
Frankfurt, Jerman (Xinhua) – Perusahaan retail olahraga Jerman, Signa Sports United, mengajukan kepailitan di Kota Stuttgart, Jerman, pada akhir bulan lalu, dan menjadi korban terkini dalam gelombang kebangkrutan retail baru-baru ini di negara tersebut.
Perusahaan yang pailit tersebut telah menjalankan toko-toko daring (online shop) terkenal di Jerman, seperti Fahrrad.de dan Tennis-Point. Permohonan pailit diajukan oleh perusahaan itu ke pengadilan setempat setelah perusahaan induknya, Signa Group, sebuah perusahaan real estat dan retail raksasa asal Austria, menolak menyuntikkan lebih banyak likuiditas karena tidak menganggap bisnis tersebut masih bisa berjalan, menurut beberapa laporan media lokal.
Sejauh tahun ini, sebanyak 94 perusahaan fesyen telah mengajukan permohonan pailit di Jerman, demikian laporan majalah perdagangan TextilWirtschaft. Industri alas kaki menjadi yang paling terpukul.
Reno, jaringan peretail sepatu terbesar kedua di Jerman, mengajukan kebangkrutan pada Maret tahun ini karena gagal bertahan dari krisis penutupan.
Tahun lalu, sebanyak 1.500 toko sepatu, 10 persen dari total toko sepatu di negara tersebut, memutuskan untuk tutup selamanya, ujar Rolf Pangels, direktur pelaksana Textile Shoes Leather Goods (BTE).
Hanya beberapa perusahaan di industri fesyen Jerman yang berhasil lolos dari krisis ini.
Peek & Cloppenburg, salah satu peretail fesyen terbesar di Jerman dengan penjualan tahunan lebih dari 1 miliar euro, mengakhiri proses administrasinya sendiri pada akhir September lalu. Perusahaan itu mengajukan perlindungan kebangkrutan pada Maret. Perusahaan tersebut juga terpaksa merestrukturisasi dan memangkas 350 pekerjaan di kantor pusatnya di Kota Duesseldorf agar dapat bertahan.
Menurunnya penjualan yang disebabkan oleh pembatasan terkait COVID-19 dijadikan kambing hitam atas kesulitan-kesulitan ini.
Gangguan rantai pasokan global, inflasi yang tinggi di zona euro dan konflik di Ukraina semakin memperburuk masalah ini.
Barometer konsumsi Asosiasi Ritel Jerman (German Retail Association/HDE), sebuah indikator yang dirancang untuk mengukur keinginan masyarakat untuk membeli, mulai turun tajam pada pertengahan 2021 dan mencapai titik terendah pada Oktober 2022 di rekor terendah 84 poin.
Tingkat inflasi tahunan Jerman, yang menurun selama empat bulan berturut-turut pada Oktober lalu, turun hingga 3,8 persen, level terendah sejak Agustus 2021, menurut laporan Kantor Statistik Federal Jerman (Destatis) pada pekan lalu.
“Tahun ini, ekonomi Jerman akan berkontraksi 0,2 persen dan pemulihan nyata akan terjadi di tahun yang akan datang,” ujar Holger Schmieding, kepala ekonom di Berenberg Bank. Meski para konsumen saat ini menahan diri dari kebiasaan berbelanja, konsumsi pribadi diperkirakan akan meningkat pada musim semi mendatang, tuturnya.
*1 euro = 16.691 rupiah
Laporan: Redaksi