Sekjen PBB Gueterres “tidak senang” saat harus berkunjung ke Kiev untuk bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada awal Maret lalu, menurut laporan The Post.
Washington, AS (Xinhua) – Amerika Serikat (AS) menguping percakapan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres dan sejumlah pejabat PBB lainnya, menurut sebuah laporan oleh The Washington Post yang mengutip bocoran dokumen intelijen rahasia yang diperoleh surat kabar itu.
Guterres menyampaikan kepada para pejabat PBB dan para pemimpin dunia tentang “kemarahannya” atas penolakan yang dia terima saat ingin mengunjungi wilayah Tigray yang dilanda perang di Ethiopia, kata The Post dalam laporannya pada Senin (17/4), mengutip empat dokumen, dua di antaranya sebelumnya tidak dilaporkan.
Menurut salah satu dokumen tertanggal 17 Februari yang ditinjau oleh The Post, Guterres bermaksud menemui Perwakilan PBB untuk Ethiopia Taye Atske Selassie Amde setelah menteri luar negeri negara itu, Demeke Mekonnen, mengirimkan surat kepada Guterres yang berisi penolakannya terhadap rencana kunjungan sang Sekjen ke Tigray di tengah negosiasi perdamaian.
Dokumen lain yang diperoleh The Post mengungkapkan bahwa Sekjen PBB Gueterres “tidak senang” saat harus berkunjung ke Kiev untuk bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pada awal Maret lalu. Meskipun dokumen tersebut tidak menyatakan alasan keengganan sekjen tersebut, The Post mengutip seorang diplomat PBB yang mengatakan bahwa perjalanan internasional yang melelahkan selama berpekan-pekan dengan penerbangan komersial merupakan penyebabnya.
Bocornya dokumen rahasia berjumlah ratusan halaman dan berujung pada penangkapan seorang anggota garda nasional udara AS atas tuduhan membocorkan informasi rahasia pertahanan nasional tanpa izin membuat AS bergegas menilai kerusakan dan membatasi akses ke informasi rahasia bagi pegawai tertentu di Departemen Pertahanan.
Beberapa dokumen lain yang baru-baru ini diwartakan oleh media AS menunjukkan bahwa AS juga memata-matai sekutu seperti Korea Selatan, Israel, dan Ukraina.
Saat ditanya oleh Xinhua di sebuah acara Brookings Institution pada Senin untuk mengomentari tuduhan upaya mata-mata AS dan tentang bagaimana Washington harus meredakan kekhawatiran yang diungkapkan oleh para sekutunya, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS dari Partai Demokrat Abigail Spanberger menolak berkomentar tentang “apa pun, khususnya terkait dokumen yang bocor.”
Anggota kongres tersebut, yang sebelum menjadi anggota DPR merupakan pejabat operasi di Central Intelligence Agency (CIA), memuji “komitmen pemerintah AS dalam menjaga informasi yang kami kumpulkan dan komitmen kami untuk menjaga informasi yang dikumpulkan dan diberikan (sekutu AS) kepada kami.”
Laporan: Redaksi