Banner

Feature – Kembali ke desa jadi tren baru di tengah upaya revitalisasi China

Foto dari udara ini menunjukkan seorang warga desa sedang mendayung perahu sambil mengumpulkan bunga dan dedaunan teratai untuk dijadikan suvenir khas setempat di Desa Quanxin yang terletak di Donglin, Huzhou, Provinsi Zhejiang, China timur, pada 16 Juni 2023. (Xinhua/Xu Yu)

Robot pertanian berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang dipandu oleh Sistem Satelit Navigasi BeiDou China membantu para petani menyelesaikan tugas membajak dengan lebih efisien.

 

Beijing, China (Xinhua) – Ketika China secara komprehensif mendorong revitalisasi pedesaan, makin banyak ‘petani baru’, yang sebagian besar merupakan kaum muda terpelajar dengan ide dan keterampilan baru, mulai pindah dari kota-kota besar ke wilayah pedesaan.

Mereka ‘mendekatkan’ wilayah perkotaan dan pedesaan, serta mengatasi berbagai tantangan dengan solusi inovatif.

Ketika Wang Jinyue berhenti dari pekerjaannya sebagai manajer di sebuah perusahaan Internet di Shanghai dan kembali ke kampung halamannya di Distrik Jinshan, Shanghai, pada 2017, dia membawa lebih dari 70 engineer bersamanya.

Mereka berkomitmen pada penelitian dan pengembangan mesin serta peralatan pertanian untuk memberdayakan para petani dan meringankan jerih payah dalam pekerjaan bertani.

Banner

Selama tujuh tahun terakhir, tim Wang telah mengembangkan lebih dari 60 jenis robot pertanian, mulai dari robot untuk membajak, menanam, menyemprot, menyiangi, hingga memanen.

Dengan bantuan robot pertanian berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang dipandu oleh Sistem Satelit Navigasi BeiDou China, para petani dapat menyelesaikan tugas membajak dengan lebih efisien.

Kecepatan pengoperasian robot tersebut bisa mencapai 3 hingga 5 kilometer (km) per jam, setara dengan beberapa hari membajak bagi seorang petani.

Di Kota Hanzhong, Provinsi Shaanxi, China barat laut, serangkaian alat pertanian yang dikembangkan secara mandiri telah berhasil mengotomatiskan seluruh proses pertanian, berkat sebuah tim engineer muda.

“Dengan satu benih untuk satu lubang, mesin penabur benih dapat menanam dua mu (1 mu = 0,067 hektare) lahan dalam sehari. Semua peralatan kami terintegrasi dengan sinyal GPS dan dikendalikan oleh sistem pengoperasian dan pemantauan jarak jauh, yang merealisasikan lini produksi yang sepenuhnya nirawak dan otomatis untuk budi daya sayuran berdaun,” ujar Guo Qiang, manajer umum sebuah perusahaan bioteknologi di Shaanxi.

“Ladang sayuran seluas 200 mu hanya membutuhkan 5 pekerja, sehingga menghemat biaya tenaga kerja hingga 70 persen. Saya berharap pengoperasian pertanian bergaya pabrik ini dapat memberikan dorongan besar bagi modernisasi pertanian, menyuntikkan vitalitas baru ke dalam revitalisasi pedesaan,” pungkasnya.

Banner

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan