Resesi global sangat mungkin terjadi karena bank-bank sentral di seluruh dunia telah menaikkan suku bunga tahun ini dengan tingkat sinkronisitas yang belum pernah terlihat dalam lima dekade terakhir, sebuah tren yang kemungkinan akan berlanjut hingga tahun depan, kata Bank Dunia dalam studi terbaru.
Washington, AS (Xinhua) – Dunia mungkin bergerak menuju resesi global pada 2023 di saat bank sentral di seluruh dunia secara serentak menaikkan suku bunga mereka sebagai respons terhadap inflasi, demikian Bank Dunia memperingatkan pada Kamis (15/9).
Bank-bank sentral di seluruh dunia telah menaikkan suku bunga tahun ini dengan tingkat sinkronisitas yang belum pernah terlihat dalam lima dekade terakhir, sebuah tren yang kemungkinan akan berlanjut hingga tahun depan, kata Bank Dunia dalam sebuah studi terbaru.
Namun, lintasan kenaikan suku bunga yang diperkirakan saat ini dan langkah kebijakan lainnya mungkin tidak cukup untuk membawa inflasi global kembali ke tingkat sebelum pandemik, menurut penelitian tersebut.
Para investor memperkirakan bank-bank sentral akan menaikkan suku bunga kebijakan moneter global hingga hampir 4 persen sepanjang 2023, kenaikan lebih dari 2 poin persentase dari rata-rata tahun 2021, ungkap studi itu.
“Jika ini disertai dengan tekanan pasar keuangan, pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) global akan melambat menjadi 0,5 persen pada 2023, kontraksi 0,4 persen dalam hal per kapita yang akan memenuhi definisi teknis dari resesi global,” kata studi tersebut.
Ayhan Kose, Pelaksana Tugas Wakil Presiden Bank Dunia untuk Pertumbuhan berkeadilan, Keuangan, dan Institusi, menilai bahwa kenaikan suku bunga yang sangat sinkron di berbagai negara dapat membuat mereka “saling memperparah” dalam memperketat kondisi keuangan dan mempertajam perlambatan pertumbuhan global.
“Para pembuat kebijakan di perekonomian emerging market dan berkembang harus siap mengelola potensi dampak dari pengetatan kebijakan yang sinkron secara global ini,” ujar Kose.
Serangkaian krisis keuangan di pasar negara-negara emerging market dan perekonomian berkembang dapat merugikan mereka dalam jangka panjang, menurut studi tersebut.
“Kekhawatiran mendalam saya adalah bahwa tren ini akan bertahan, dengan konsekuensi jangka panjang yang menghancurkan masyarakat di perekonomian emerging market dan berkembang,” kata Presiden Bank Dunia David Malpass.
“Untuk mencapai tingkat inflasi yang rendah, stabilitas mata uang, dan pertumbuhan yang lebih cepat, para pembuat kebijakan dapat mengalihkan fokus mereka dari mengurangi konsumsi ke meningkatkan produksi,” tutur Malpass.
“Kebijakan harus bertujuan menghasilkan investasi tambahan dan meningkatkan produktivitas serta alokasi modal, yang sangat penting bagi pertumbuhan dan pengurangan kemiskinan,” imbuh Malpass.
Laporan: Redaksi