Banner

Studi: Panas lautan dunia capai rekor tertinggi

Pemandangan matahari terbenam diabadikan di objek wisata Daxiao Dongtian di Kota Sanya, Provinsi Hainan, China selatan, pada 3 Oktober 2022. (Xinhua/Pu Xiaoxu)

Rekor panas lautan dunia tercatat pada 2022 yang menjadi tahun paling hangat yang pernah tercatat dalam sejarah umat manusia.

 

Beijing, China (Xinhua) – Dunia terus menyaksikan panas lautan mencapai rekor baru, dengan 2022 menjadi tahun paling hangat yang pernah tercatat dalam sejarah umat manusia, menurut studi terbaru.

Dilakukan oleh tim yang terdiri dari 24 ilmuwan dari 16 institut terutama dari China, Amerika Serikat (AS), dan Italia, studi tersebut diterbitkan dalam jurnal internasional Advances in Atmospheric Sciences.

Dibandingkan dengan 2021, tahun terpanas sebelumnya yang pernah tercatat, 2.000 meter bagian teratas lautan Bumi menyerap lebih banyak panas yang “cukup untuk merebus 700 juta ketel, masing-masing berisi 1,5 liter air,” ujar Cheng Lijing, penulis studi itu sekaligus peneliti di Institut Fisika Atmosfer di bawah naungan Akademi Ilmu Pengetahuan China.

Pemanasan laut merupakan indikator kunci untuk mengukur perubahan iklim karena lebih dari 90 persen panas global berakhir di lautan. Ilmuwan itu yakin bahwa peningkatan panas di dalam lautan merupakan bukti lebih lanjut dari pemanasan global.

Banner

Rekor pemanasan laut dipecahkan hampir setiap tahun sejak 2017. Akibat respons laut yang lambat terhadap pemanasan global, tren suhu laut itu akan terus berlangsung selama beberapa dekade, terang Cheng.

Selain suhu, studi itu juga menghitung salinitas air laut, dan menemukan bahwa daerah dengan salinitas tinggi mengalami peningkatan salinitas, sedangkan daerah dengan salinitas rendah mengalami penurunan salinitas.

Pola “air asin semakin asin, sementara air segar semakin segar” juga mencapai rekor tertinggi pada 2022, sebut studi itu.

Laut yang lebih hangat menyebabkan kenaikan permukaan air laut dan cuaca yang lebih ekstrem, seperti badai dan angin topan yang kuat. Lautan juga menjadi kurang efisien dalam menyerap karbon, menyebabkan lebih banyak karbon dioksida yang dihasilkan manusia tetap berada di atmosfer, sehingga memperburuk pemanasan global.

Kesadaran dan pemahaman yang lebih baik soal perubahan panas laut dan salinitas merupakan dasar tindakan untuk melawan perubahan iklim, tambah Cheng, sembari menjelaskan pentingnya studi tersebut.

Para ilmuwan juga membagikan data laut yang dicatat tahun lalu oleh institut China itu dan Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (National Oceanic and Atmospheric Administration) AS dalam studi tersebut.

Banner

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Banner

Iklan