Banner

Raysha, gadis autis galang dana dari pameran lukisan untuk keluarga prasejahtera

Raysha dan ibunda Prita Kemal Gani di pameran seni untuk amal bertajuk ‘Dare to Dream, Dare to Shine and Dare to Share’. (LSPR Jakarta)

Jakarta (Indonesia Window) – Raysha bukanlah gadis pada umumnya yang saat usia remaja lebih sering melewatkan waktu untuk berkumpul, jalan-jalan, atau melakukan kesenangan yang banyak dilakukan kaum belia lainnya.

Ini karena sejak umur 2,5 tahun Raysha telah didiagnosa severe autism atau autisme level tiga yang membuatnya terlambat bicara dan berkembang.

Namun, autisme justru ‘membuat’ gadis 17 tahun itu memiliki bakat istimewa karena mampu melukis dan menghasilkan karya seni yang bernilai.

Ibunda Raysha, Prita Kemal Gani, yang merupakan pendiri dan CEO London School of Public Relations (LSPR) Jakarta, menuturkan bahwa kegemaran melukis Raysha baru tampak setahun belakangan ini sebagai salah satu bentuk terapi motorik.

“Raysha sebenarnya lebih menyukai aktivitas di luar ruangan. Namun karena pandemik, ia mendapat pelatihan melukis yang ternyata sangat dinikmati oleh Raysha,” ujarnya.

Aktivitas gadis bernama lengkap Raysha Dinar Kemal Gani ini terbilang aktif, sebab dalam sepekan dia bisa menghasilkan satu lukisan baru yang penuh warna menarik dan berkesan ceria.

Raysha, gadis autis galang dana dari pameran lukisan untuk keluarga pra sejahtera
Banyak yang tak menyangka bahwa lukisan yang dipamerkan di Sunrise Art Gallery merupakan guratan dari Raysha yang memiliki ‘severe autism’. (LSPR Jakarta)

Pameran

Makanya, tim manajemen Raysha dan Sunrise Art Gallery menghadirkan pameran seni untuk amal bertajuk Dare to Dream, Dare to Shine and Dare to Share atau ‘Berani bermimpi, berani bersinar dan berani berbagi’ di Fairmont Hotel Jakarta mulai 5 Maret hingga 4 April 2021.

Banyak yang tak menyangka bahwa lukisan yang dipamerkan di Sunrise Art Gallery merupakan guratan dari Raysha yang memiliki severe autism.

Menurut sang ibunda, pameran lukisan itu merupakan rangkuman dari keinginan Raysha.

Dare to dream, maknanya, seperti remaja pada umumnya, ia memiliki banyak mimpi. Dare to shine, ingin mendapat perhatian, senang mendapat pujian dan apresiasi. Dare to share, seperti halnya kita, Raysha juga ingin bisa berbagi,” terang Prita.

Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa individu dengan gangguan sindrom autisme mampu menanggulangi autistiknya apabila mampu mandiri, menolong diri sendiri, dan orang lain.

“Raysha belum bisa melakukan sepenuhnya poin pertama dan kedua. Namun, melalui pameran ini, dia sudah bisa melakukan poin yang ketiga, yaitu menolong orang lain,” ujar Prita.

Pameran lukisan karya Raysha bertujuan membantu dan mendukung anak-anak autisme dari keluarga prasejahtera, agar mereka bisa mendapatkan terapi yang sesuai dengan kebutuhannya.

“Sekaligus mengajak masyarakat bersama-sama menerima dan membantu keberlangsungan hidup anak-anak autisme di sekitar kita. Let Us Become the Agent of Voice for Voiceless”, kata Prita.

Sebelumnya, Raysha Foundation dan Alleira Batik Grand Indonesia telah meluncurkan dan menjual beberapa lukisan, yang juga dikemas dalam bentuk merchandise yang dapat dibeli bebas di platform e-commerce terkenal di tanah air.

Hasil penjualan dari produk-produk itu lalu disalurkan melalui beberapa yayasan, seperti Rumah Autis dan Sahabat Anak, untuk membantu kebutuhan terapi anak-anak dengan autisme dari keluarga prasejahtera.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan