Ramadhan di Turkiye pascagempa dahsyat yang mengguncang negara itu pada 6 Februari lalu terasa jauh berbeda, mengingat bencana itu telah merenggut lebih dari 50.000 jiwa, sementara lebih dari 1,5 juta orang terpaksa mengungsi di tenda-tenda darurat dan kamp pengungsi dari kontainer yang didirikan di zona bencana.
Ankara, Turkiye (Xinhua) – Bagi Nurettin Ozdemir, seorang pegawai toko kelontong di Ankara, ibu kota Turkiye, Ramadhan tahun ini terasa berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, karena Turkiye masih belum pulih dari gempa besar yang merenggut lebih dari 50.000 jiwa.
“Kami sudah melihat banyak bencana, tetapi tidak ada yang sedahsyat ini. Hidup harus terus berjalan. Namun, meski seseorang tertawa, masih ada kegetiran di dalamnya,” kata Ozdemir, yang kini bekerja di sebuah toko kelontong di kawasan Hosdere.
Baginya, bulan suci umat Islam itu, yang tahun ini dimulai pada Kamis (23/3), biasanya “penuh warna dan kegembiraan.” “Namun, Ramadan tahun ini akan menjadi Ramadan yang penuh kegembiraan sekaligus kepedihan,” katanya.
Lebih dari 13 juta warga Turkiye terdampak langsung gempa dahsyat yang berpusat di Turkiye tenggara pada 6 Februari lalu, menurut statistik resmi.
Sebelumnya pada bulan ini, Presiden Turkiye Recep Tayyip Erdogan mengatakan 3,3 juta orang telah meninggalkan zona gempa. Lebih dari 1,5 juta orang mengungsi di tenda-tenda darurat dan kamp pengungsi dari kontainer yang didirikan di zona bencana, sebut Otoritas Manajemen Bencana dan Kedaruratan Turkiye.
Remzi Buyuk, seorang pensiunan asal Ankara, mengungkapkan bahwa bencana tersebut telah membuat seluruh negeri berduka.
“Saya sangat sedih akibat bencana ini. Ramadan masih memiliki arti penting, tetapi tidak ada keindahan yang tersisa tahun ini,” ujarnya.
Dampak gempa bumi diperkirakan akan memberikan pukulan berat bagi perekonomian Turkiye.
Presiden Erdogan pada Senin (20/3) mengungkapkan bahwa kerugian negara yang disebabkan oleh gempa bumi itu diperkirakan mencapai sekitar 104 miliar dolar AS, atau 9 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) Turkiye pada 2023.
Dampak gempa diperkirakan akan menambah kesengsaraan pada ekonomi yang sudah didera oleh tingginya inflasi.
Inflasi pangan Turkiye termasuk yang tertinggi di antara negara-negara Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (Organization for Economic Cooperation and Development/OECD) pada 2022, menurut data yang dirilis oleh organisasi tersebut pada 7 Maret. Inflasi pangan negara itu mencapai 71 persen, dibandingkan dengan rata-rata OECD yang sebesar 15,2 persen.
Tingkat inflasi tahunan di Turkiye turun menjadi 55,18 persen pada Februari dari 85 persen pada Oktober tahun lalu. Meski demikian, harga-harga barang masih terbilang tinggi dan menambah beban pengeluaran warga Turkiye selama bulan Ramadhan.
*1 dolar AS = 15.349 rupiah
Laporan: Redaksi