PT LBM Energi Baru Indonesia, sebuah perusahaan konsorsium Indonesia dan China, secara resmi memulai tahap pertama dari produksi katode baterai Lithium Iron Phosphate (LFP) di Kawasan Industri Kendal (Kendal Industrial Park), Provinsi Jawa Tengah.
Jakarta (Xinhua/Indonesia Window) – PT LBM Energi Baru Indonesia, sebuah perusahaan konsorsium Indonesia dan China, secara resmi memulai tahap pertama dari produksi katode baterai Lithium Iron Phosphate (LFP) di Kawasan Industri Kendal (Kendal Industrial Park), Provinsi Jawa Tengah, pada Selasa (8/10).
“Ini bukan sekadar pabrik, tetapi juga fondasi dari ekosistem kendaraan listrik Indonesia yang terintegrasi,” kata Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menkomarves) Republik Indonesia Luhut Binsar Pandjaitan saat upacara peresmian proyek tersebut pada Selasa pagi.
Proyek ini merupakan hasil kerja sama antara Indonesia Investment Authority (INA) dan Changzhou Liyuan New Energy Technology Co., Ltd.
Kapasitas produksi tahap awal ini mencapai 30.000 ton. Perusahaan tersebut kemudian berkomitmen akan memulai konstruksi tahap kedua pada 2025, yang memungkinkan kapasitas produksi meningkat menjadi 90.000 ton. Nilai investasi untuk tahap kedua tersebut mencapai sekitar 200 juta dolar AS.
Pabrik di Kendal itu diharapkan dapat memenuhi tingginya permintaan dunia terhadap baterai LFP untuk kendaraan listrik (electrical vehicle/EV). Fasilitas ini juga disebut-sebut akan menjadi pabrik katode LFP terbesar di dunia di luar China.
Luhut mengatakan bahwa melalui penyempurnaan rantai produksi baterai lithium, Indonesia diperkirakan mampu menyuplai baterai lithium untuk 3 juta unit EV dunia.
Selain itu, pabrik baru ini akan memberikan dampak signifikan bagi perekonomian lokal dengan menciptakan lebih dari 2.000 lapangan kerja, dengan 92 persen di antaranya diisi oleh tenaga kerja lokal.
CEO Changzhou Liyuan New Energy Technology Shi Junfeng menyatakan bahwa proyek ini akan memiliki peran penting dalam memastikan keamanan rantai pasokan energi global. Ke depannya, dia juga menantikan kemitraan strategis lebih lanjut dengan INA.
*1 dolar AS = 15.671 rupiah
Laporan: Redaksi