Program hilirisasi tembaga di Indonesia terutama mencakup penggunaan katoda tembaga sebagai bahan baku dari foil tembaga (copper foil) untuk anoda baterai dan papan sirkuit cetak (printed circuit board/PCB) elektronik.
Jakarta (Xinhua/Indonesia Window) – Perusahaan Indonesia yang bergerak di industri baterai kendaraan listrik (EV), Indonesia Battery Corporation (IBC), belum lama ini menjalin kerja sama dengan dua perusahaan China perihal hilirisasi tembaga sebagai bahan baku baterai EV.
Penandatanganan nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) kerja sama antara IBC, Nuode New Materials, dan China Hualong International Construction Corporation (Sinoron) berlangsung di Jakarta pada Senin (30/9).
“Rencana kerja sama ini merupakan salah satu strategi on shoring IBC untuk mengembangkan ekosistem baterai nasional, sehingga Indonesia bisa menjadi pusat produksi untuk industri baterai global,” kata Direktur Pengembangan dan Operasi IBC, Jeffrie N. Korompis, dalam sebuah pernyataan.
Kemitraan ini dalam rangka mendorong program hilirisasi tembaga, terutama dalam hal penggunaan katoda tembaga sebagai bahan baku dari foil tembaga (copper foil) untuk anoda baterai dan papan sirkuit cetak (printed circuit board/PCB) elektronik. Noude sejak lama dikenal sebagai salah satu produsen foil tembaga terbesar di dunia asal China.
Kerja sama ketiga perusahaan itu meliputi studi bersama terkait potensi pasar foil tembaga untuk baterai lithium-ion dan PCB, penjajakan pasokan katoda tembaga dan asam sulfat, dan penjajakan rencana investasi pembentukan usaha patungan foil tembaga.
Nuode memiliki empat pabrik foil tembaga elektrolitik di China dengan kapasitas produksi tahunan saat ini mencapai 265 ribu ton, dan telah menjalin kerja sama dengan perusahaan baterai raksasa dunia seperti CATL hingga LG New Energy. Sementara itu, Sinoron merupakan bagian dari Fulcrum Consortium, perusahaan konsorsium baterai dan kendaraan listrik asal China.
Laporan: Redaksi