Produktivitas warga AS menurun, dengan hampir 20 juta orang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam hitungan pekan saat pandemik merebak, terlepas dari apakah mereka memiliki etos kerja yang kuat, kinerja atau loyalitas yang baik kepada perusahaan.
New York City, AS (Xinhua) – Produktivitas tenaga kerja di Amerika Serikat (AS) saat ini lebih rendah dibanding setahun lalu, dan ini pada akhirnya dapat berdampak besar terhadap kesejahteraan negara itu, demikian disampaikan National Public Radio (NPR) pekan lalu mengutip para ekonom.
Tahun ini, produktivitas warga AS turun 4,1 persen dalam basis yang disetahunkan, penurunan terbesar sejak pemerintah mulai melakukan pencatatan tersebut pada 1948. Sejak saat itu, angkanya terus meningkat dengan stabil, sampai penurunan yang terjadi baru-baru ini.
Kelesuan ekonomi terjadi di kalangan pekerja setelah berbagai peristiwa yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir, kata Julia Pollak, kepala ekonom ZipRecruiter, dan kelesuan itu terlihat dalam data yang ada.
Hampir 20 juta orang mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) dalam hitungan pekan saat pandemik merebak, terlepas dari apakah mereka memiliki etos kerja yang kuat, kinerja atau loyalitas yang baik kepada perusahaan, menurut laporan itu.
Kemudian, tren ekonomi bergeser hanya dalam hitungan bulan, dan perusahaan-perusahaan mendadak kesulitan untuk merekrut karyawan. Pemecatan dan PHK mencapai level terendah dalam sejarah. Karyawan yang masih bekerja di perusahaan saat ini sering kali bekerja sampai mengalami kelelahan yang parah, para pekerja pemula dengan pengalaman yang lebih sedikit direkrut dengan upah yang lebih tinggi, dan perusahaan mengabaikan hal-hal yang dapat membuat para pekerja kehilangan pekerjaan mereka di masa lalu.
Semua itu membuat para pekerja merasa seperti hubungan antara bekerja keras dan pemberian apresiasi telah rusak, kata Pollak, seraya mengatakan bahwa “itu benar-benar mengecewakan bagi pekerja dengan kinerja terbaik.”
Tenaga kerja
Pada 14 Agustus lalu, kantor berita AFP melaporkan bahwa jumlah tenaga kerja di AS menyusut sejak merebaknya pandemik COVID-19, sementara pensiun dini, tingkat imigrasi yang lebih rendah, dan populasi yang menua masih akan memperburuk kelangkaan tenaga kerja.
Pada Juni, lebih dari 10 juta lowongan pekerjaan tidak terisi, sementara jumlah pencari kerja tercatat kurang dari 6 juta, menurut data yang dirilis oleh Kamar Dagang AS.
Di antara orang-orang yang berhenti bekerja pada musim semi 2020 ketika pandemik mulai menghantam perekonomian AS, jutaan orang memilih untuk pensiun dini, khawatir akan kesehatan mereka dan dengan aset yang cukup berkat pasar saham yang saat itu sedang bergairah dan harga real estate yang tinggi, demikian dilaporkan AFP mengutip para analis.
Dalam jangka pendek, tampaknya kecil kemungkinan untuk mengembalikan jumlah tenaga kerja seperti level prapandemi “karena populasi yang menua,” demikian seorang analis memperingatkan.
Selain itu, sejumlah pembatasan yang diberlakukan oleh pemerintahan Donald Trump dan dampak pandemik menyebabkan jumlah warga negara asing yang masuk ke negara itu berkurang drastis.
Sejumlah analis yang dikutip oleh media Prancis itu menyarankan berbagai langkah yang perlu diambil untuk mengurangi kelangkaan tenaga kerja, termasuk memperlambat aktivitas belanja masyarakat AS agar kebutuhan akan karyawan di perusahaan-perusahaan berkurang.
Laporan: Redaksi