Banner

Salah satu upaya optimalisasi produksi migas Indonesia tahun 2022 oleh subholding upstream adalah alih kelola Blok Rokan oleh PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) dalam satu tahun terakhir.

 

Jakarta (Indonesia Window) – PT Pertamina (Persero) mencatat, produksi minyak dan gas bumi (migas) mencapai 965.000 barel setara minyak per hari (MBOEPD) sepanjang semester pertama tahun 2022 berkat optimalisasi kinerja operasi dalam rangka menjaga ketahanan energi nasional.

Capaian itu lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar 850.000 barel setara minyak per hari, kata Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dalam keterangan di Jakarta, Senin, dikutip dari Antara.

Optimalisasi yang dilakukan, menurut dia, meliputi peningkatan aktivitas pengeboran dan kerja ulang guna mengoptimalkan sumur existing, peningkatan aktivitas pada fasilitas produksi dan sarana pendukung, serta penerapan teknologi dan transformasi digital pada bisnis hulu perseroan.

Banner

Salah satu upaya optimalisasi oleh subholding upstream adalah alih kelola Blok Rokan oleh PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) dalam satu tahun terakhir.

“PHR mampu melewati proses transisi dalam bentuk cultural engagement yang meliputi penyesuaian proses bisnis, budaya kerja dan sistem manajemen keselamatan, serta sharing best practice dengan entitas Pertamina lainnya, sehingga membuat operasional Blok Rokan berjalan lancar,” kata Nicke.

Dia menekankan, kompleksitas tinggi dan wilayah kerja terbesar di kawasan Asia Tenggara menjadikan pengelolaan Blok Rokan oleh PHR menjadi model alih kelola terbaik.

Blok Rokan merupakan blok migas terbesar di Indonesia dengan luas 6.220 kilometer persegi, mencakup lima kabupaten di Provinsi Riau, yaitu Bengkalis, Siak, Kampar, Rokan Hulu dan Rokan Hilir. 

Blok tersebut memiliki 96 lapangan, dan tiga lapangan diantaranya berpotensi menghasilkan minyak sangat baik, yaitu Duri, Minas, dan Bekasap.

Sebelum diambil alih oleh Pertamina Hulu Rokan selaku anak usaha Pertamina pada Agustus 2021, Blok Rokan dikuasai oleh PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) selama 97 tahun.

Banner

Dalam satu tahun alih kelola, PHR berhasil melakukan 370 pengeboran, atau lebih dari tiga kali lipat dari sebelumnya yang sebanyak 105 pengeboran sumur, dengan eksekusi 15.000 kegiatan work over (WO) dan well intervention well services (WIWS) yang menyerap 60 persen produk lokal guna menggerakkan perekonomian nasional.

“Masifnya pengeboran tersebut, otomatis meningkatkan jumlah rig pengeboran aktif menjadi lebih dua kali lipat dari yang awalnya sembilan menjadi 21 rig dan akan terus meningkat menjadi 27 rig hingga triwulan akhir 2022,” kata Nicke.

Dia menerangkan, pengeboran yang masif dan agresif tersebut menghasilkan peningkatan produksi migas dari rata-rata 158.700 barel per hari sebelum alih kelola, kini menjadi 161.000 barel per hari.

Volume cadangan juga meningkat dari 320,1 MMBOE (million barrels per day) pada awal transisi, menjadi 370,2 MMBOE setelah satu tahun alih kelola.

“Tak dapat dipungkiri, meskipun kenaikan harga minyak global menyebabkan dampak positif untuk Pertamina di bisnis hulu, di sisi lain kondisi ini memberikan tekanan di bisnis penyediaan BBM,” ungkap Nicke.

Tekanan di bisnis penyediaan BBM dipengaruhi banyak faktor, di antaranya geopolitik luar negeri yang semakin berkembang dan permintaan produk BBM dalam negeri yang terus meningkat sementara kilang yang saat ini tersedia belum mampu memenuhi kebutuhan tersebut.

Banner

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Banner

Iklan