Bogor, Jawa Barat (Indonesia Window) – Presiden Joko Widodo menekankan bahwa proses pemulihan dan kebangkitan dari pandemik hanya bisa diwujudkan dengan visi, aksi, dan perubahan yang besar.
Hal tersebut disampaikan oleh kepala negara pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 Sesi II secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor, Jawa Barat pada Ahad.
“Hal ini (pemulihan dan kebangkitan) bisa diwujudkan jika terdapat visi besar, aksi besar, dan perubahan yang besar. Big vision, big action, and big transformation,” ujar Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, mengutip pernyataan presiden.
Menlu menambahkan bahwa dalam pidatonya presiden mengatakan pandemik COVID-19 telah memberikan pelajaran berharga bagi semua negara agar melakukan introspeksi, bukan hanya untuk pulih dari krisis kesehatan dan ekonomi, namun juga untuk bangkit dan tumbuh lebih kokoh.
Presiden menyampaikan, Indonesia juga ingin melakukan transformasi yang besar menuju ekonomi yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan berketahanan.
“Sudah menjadi komitmen Indonesia untuk menuju ekonomi lebih hijau dan berkelanjutan. Geliat pemulihan ekonomi tidak lagi mengabaikan perlindungan terhadap lingkungan,” kutip Menlu Retno.
Merujuk Forum Ekonomi Dunia (WEF), Presiden Jokowi mengatakan potensi ekonomi hijau sangat besar dengan peluang bisnis mencapai nilai sebesar 10,1 triliun dolar AS dengan 395 juta lapangan pekerjaan baru tercipta hingga tahun 2030.
“Presiden juga mengatakan bahwa Indonesia telah melakukan berbagai terobosan, antara lain dengan memanfaatkan biodiesel B30, akan melakukan uji coba green diesel D100 dari bahan kelapa sawit yang akan menyerap satu juta ton produksi petani, dan juga melakukan pemasangan ratusan ribu Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTs) Atap di sektor rumah tangga,” jelas menlu.
Presiden juga mengatakan Undang-Undang Cipta Kerja yang baru saja disahkan juga memberikan kepastian mengenai persyaratan izin lingkungan, analisis dampak lingkungan, dan pembentukan dana rehabilitasi lingkungan.
“Undang-Undang Omnibus Law ini juga memberikan perlindungan bagi hutan tropis sebagai benteng pertahanan terhadap perubahan iklim,” kutip Menlu Retno.
Di bagian akhir pernyataannya, Presiden menyampaikan bahwa pemulihan bersama secara lebih kuat memerlukan visi, aksi, dan transformasi yang besar.
“Recovering together and stronger memerlukan visi, aksi, dan transformasi yang besar. Inilah yang harus dilakukan oleh negara G20 untuk membangun ekonomi dunia yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan berketahanan. An inclusive, sustainable, and resilient future,” kutip Retno.
Pada KTT G20 hari kedua para pemimpin G20 membahas upaya menciptakan masa depan yang lebih baik, termasuk mengentaskan kemiskinan, kesenjangan, dan korupsi, serta memberdayakan perempuan dan pemuda, pendidikan, pariwisata, dan ekonomi digital.
Pengendalian perubahan iklim dan kerja sama internasional mengenai lingkungan, terumbu karang, degradasi lahan, ketahanan pangan, dan air juga dibahasa dalam KTT G20 yang digelar di Riyadh secara virtual.
Laporan: Redaksi