Pondok tahfizh Miftahul Jannah Akbar terapkan metode unik hafal Al-Qur’an

Mudir (kepala sekolah) pondok tahfizh Miftahul Jannah Akbar, Ust. Dhiahulhaq (kanan), dalam wawancara khusus dengan Indonesia Window, di Cisarua, Bogor, Jawa Barat, Senin (10/6/2024). (Indonesia Window/Ronald Rangkayo)

Pondok tahfizh Miftahul Jannah Akbar memiliki empat motto dasar, yakni ‘Al-Qur’an in my heart; Science in my mind; Strength in my body; dan Nationality in my spirit’.

 

Bogor, Jawa Barat (Indonesia Window) – Pondok tahfizh Miftahul Jannah Akbar (MJA) yang berlokasi di Cisarua, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menerapkan metode yang unik dalam menghafal Al-Qur’an.

Dalam wawancara khusus dengan Indonesia Window di Cisarua, Bogor, baru-baru ini, mudir (kepala sekolah) pondok tahfizh Miftahul Jannah Akbar, Ust. Dhiahulhaq, menjelaskan bahwa sistem dan metode menghafal Al-Qur’an di sekolah yang dipimpinnya berbeda dari pondok tahfizh lainnya.

“Program unggulan Miftahul Jannah Akbar adalah tahfizhul Qur’an (menghafal Al-Qur’an) dengan para santri dituntut agar bisa menghafal 30 juz,” tuturnya.

Namun, lanjutnya, di tahap awal, “para santri justru kami larang untuk menghafal dan menyetorkan hafalan mereka.”

“Di semester satu kita fokuskan para santri untuk mengikuti program tahsin atau perbaikan bacaan Al-Qur’an serta mendalami ilmu tajwid,” terang Ust. Dhiahulhaq, seraya menambahkan, sekitar tiga semester berikutnya barulah para santri “dibolehkan” menyetorkan hafalan mereka kepada para guru.

“Dengan sistem dan metode ini kita harapkan dalam waktu sekitar satu setengah tahun para santri sudah menghafal 30 juz,” ujarnya.

Pondok tahfizh Miftahul Jannah
Para santri pondok tahfizh Miftahul Jannah Akbar di Cisarua, Bogor, Jawa Barat, sedang menghafal Al-Qur’an pada Senin (10/6/2024). (Indonesia Window/Ronald Rangkayo)

Lebih lanjut, mudir Miftahul Jannah Akbar menerangkan, selain menghafal Al-Qur’an, pondok tahfizh setingkat sekolah menengah atas yang berdiri sejak 2018 ini juga menjalankan sejumlah program pendidikan lainnya, yang sejalan dengan motto dasar mereka.

“Motto dasar ini adalah pertama, ‘Al-Qur’an in my heart’ (Al-Qur’an di dalam hati). Ini adalah fondasi dari semua. Para santri kita harapkan menanamkan Al-Qur’an di hati mereka sehingga bisa menjadi pribadi yang baik sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah ﷺ,” urainya.

“Prinsip yang kedua adalah ‘Science in my mind’. Maksudnya agar agama tidak dipisahkan dari ilmu pengetahuan yang harusnya berada di pikiran para santri. Dengan motto ini para santri nantinya bisa memilih jalur pendidikan lanjutan mereka, baik mendalami ilmu agama atau ilmu umum,” terangnya.

Ust. Dhiahulhaq melanjutkan, motto MJA yang ketiga adalah “strength in my body”. “Para santri kita latih untuk bisa memiliki tubuh yang bugar, tubuh yang kuat, karena hakikatnya seorang Muslim yang baik adalah Muslim yang kuat, dan ini lebih Allah cintai dan lebih baik daripada Muslim yang lemah.”

Prinsip selanjutnya, dan tak kalah penting adalah “Nationality in my spirit”. “Para santri kita tanamkan untuk juga cinta terhadap negara, serta harus bisa mengambil peran dalam menjaga negara dengan baik. Syukur–syukur jika bisa memperbaiki kekurangannya,” tutur mudir MJA.

Dengan menerapkan empat motto dasar tersebut, pondok tahfizh Miftahul Jannah Akbar telah meluluskan empat angkatan santri setingkat sekolah menengah atas yang kini menyebar di sejumlah perguruan tinggi dalam dan luar negeri, seperti Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan Arab (LIPIA), Universitas Gadjah Mada, Universitas Pembangunan Nasional Veteran, serta Yaman dan Mesir.

Para alumni MJA juga mengambil beragam bidang pendidikan, baik jurusan agama maupun umum, termasuk hubungan internasional, kedokteran umum, bahkan militer.

Laporan: Redaksi

Tinggalkan Komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Iklan