Perdagangan bebas di kawasan mendapat perlindungan dari Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) yang bersifat multilateral.
Phnom Penh, Kamboja (Xinhua) – Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (Regional Comprehensive Economic Partnership/RCEP) merupakan sebuah mekanisme penting untuk menjaga sistem perdagangan bebas multilateral berbasis aturan dari tren antiglobalisasi dan proteksionisme, demikian disampaikan Perdana Menteri (PM) Kamboja Samdech Techo Hun Sen pada Rabu (2/11).
Berpidato dalam forum tingkat tinggi RCEP di Phnom Penh, Hun Sen mengatakan bahwa meningkatnya proteksionisme merusak globalisasi dan momentum multilateralisme berbasis aturan.
“Dalam konteks ini, RCEP merupakan sebuah mekanisme penting dan sebuah strategi yang menunjukkan komitmen teguh kami untuk menjaga sistem perdagangan bebas multilateral berbasis aturan, menjaga keterbukaan ekonomi, dan menjunjung tinggi semangat kerja sama,” sebutnya.
“Selain itu, RCEP memiliki potensi yang sangat besar untuk menjawab berbagai tantangan besar seperti memperkuat rantai nilai global, mempercepat digitalisasi, mengurangi dampak buruk perubahan iklim serta menangkal kecenderungan antiglobalisasi dan proteksionisme,” imbuhnya.
Hun Sen mengatakan bahwa RCEP juga memiliki peran krusial dalam menjaga kemakmuran dan stabilitas politik di kawasan tersebut dengan mempromosikan integrasi ekonomi dan memperkuat mekanisme kelembagaan yang ada.
Mulai berlaku pada 1 Januari 2022, RCEP terdiri dari 15 negara, yakni Brunei, Kamboja, Indonesia, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, China, Jepang, Korea Selatan, Australia, dan Selandia Baru.
Menteri Perdagangan Kamboja Pan Sorasak mengatakan bahwa RCEP merupakan kesepakatan perdagangan bebas terbesar di dunia.
Sebagai kesepakatan kemitraan ekonomi yang modern, komprehensif, berkualitas tinggi, dan saling menguntungkan, RCEP sangat penting untuk pemulihan ekonomi pascapandemi di tengah ketidakpastian perdagangan global, ujarnya di acara tersebut.
Ekonom senior Ky Sereyvath, yang juga menjabat sebagai direktur jenderal Institut Studi China di Royal Academy of Cambodia, mengatakan bahwa melalui RCEP, Kamboja dapat menjadi model titik utama dan pengumpan (hub-and-spoke model) dalam mendistribusikan barang-barang dari China di Asia Tenggara.
“Pakta perdagangan regional berskala besar ini berfungsi sebagai katalis untuk pertumbuhan ekonomi regional dan global serta tidak diragukan lagi, semua negara yang berpartisipasi akan mendapat manfaat dari pakta itu pada tingkat yang berbeda-beda,” katanya kepada Xinhua. “Ini akan membantu Kamboja dan negara-negara anggota lainnya mempercepat pemulihan ekonomi mereka dari pandemi COVID-19.”
Joseph Matthews, seorang profesor senior di BELTEI International University di Phnom Penh, mengatakan bahwa RCEP memberikan dorongan besar bagi pemulihan ekonomi Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (Association of Southeast Asian Nations/ASEAN) di era pascapandemi, dan juga memainkan peran penting dalam membantu mempersempit kesenjangan pembangunan antara negara-negara ASEAN yang kaya dan miskin.
“Pakta perdagangan skala besar ini memiliki potensi besar bagi semua negara partisipan untuk meningkatkan hubungan perdagangan dan investasi mereka,” sebutnya kepada Xinhua. “Semua negara anggota telah menuai dan akan terus memetik manfaat dari RCEP untuk jangka panjang.”
Laporan: Redaksi