Jiang Zemin membangun ekonomi pasar sosialis menjadi jelas sebagai ideologi ekonomi pedoman China dalam Kongres Nasional Partai Komunis China (Communist Party of China/CPC) ke-14 pada Oktober 1992, menetapkan lintasan untuk pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) dua digit di China.
New York City, AS (Xinhua) – Mantan presiden China Jiang Zemin, yang wafat pada 30 November lalu memainkan peran penting dalam reformasi dan keterbukaan China, demikian disampaikan seorang pakar terkemuka tentang China asal Amerika Serikat (AS).
“Sejarawan masa depan, menengok ke masa lalu, akan mengarah pada masa kepemimpinan Jiang di saat China memantapkan dan menjadikan permanen komitmen reformasi dan keterbukaan negara tersebut,” kata Robert Lawrence Kuhn, penulis biografi tahun 2005 yang berjudul ‘Pria yang Mengubah China: Kehidupan dan Warisan Jiang Zemin’ (The Man Who Changed China: The Life and Legacy of Jiang Zemin).
“Saat saya terbangun mendengar berita wafatnya Jiang, saya merasa seolah-olah kehilangan anggota keluarga saya sendiri. Itulah yang terjadi ketika seseorang mendedikasikan waktu bertahun-tahun untuk menulis sebuah biografi,” ujar Kuhn dalam sebuah wawancara tertulis baru-baru ini dengan Xinhua.
“Penting untuk menunjukkan bahwa Jiang punya sejarah panjang dalam merintis reformasi, mengingat dirinya terlibat erat dengan pembentukan zona ekonomi khusus yang orisinal pada awal dan pertengahan 1980-an,” tutur Kuhn.
Jiang membuat keputusan kritis guna mendukung dan mengimplementasikan seruan mantan pemimpin China Deng Xiaoping untuk reformasi dan keterbukaan, selama dan setelah “tur selatan” terkenal Deng pada 1992, paparnya.
Membangun ekonomi pasar sosialis menjadi jelas sebagai ideologi ekonomi pedoman China dalam Kongres Nasional Partai Komunis China (Communist Party of China/CPC) ke-14 pada Oktober 1992, menetapkan lintasan untuk pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) dua digit di China, tambah Kuhn.
Dalam menghadapi inflasi tinggi pada 1995 dan 1996, krisis keuangan Asia serta berbagai tantangan lainnya, “Jiang menjaga China tetap kuat dan stabil serta berkomitmen untuk melakukan reformasi dan keterbukaan, dan, bekerja sama dengan perdana menteri China saat itu, Zhu Rongji, mencapai tonggak utama masuknya China ke dalam Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO) pada 2001,” ujar Kuhn.
“Sejarah akan mencatat bahwa aksesi China ke WTO merupakan keberhasilan ekonomi yang menetapkan lintasan yang tidak dapat diubah dari reformasi dan keterbukaan China serta pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” tambahnya.
“Sejarah akan berbaik hati kepada Jiang Zemin,” sebut Kuhn.
Kepribadian Jiang yang bersemangat menarik perhatian para pemimpin asing serta media asing, dan kecintaannya terhadap bahasa memberikan Jiang wawasan lintas budaya, kata Kuhn, seraya menambahkan bahwa kunjungan kenegaraan Jiang ke AS pada 1997 merupakan keberhasilan besar.
Ketika Jiang memberikan pidatonya dalam bahasa Inggris di Universitas Harvard saat kunjungan tersebut, dia “mendapat pujian dari semua orang karena caranya memberikan respons dengan percaya diri dan humor. Alhasil, warga Amerika memiliki pendapat yang berbeda tentang China,” kenang Kuhn.
Selain itu, wawancara legendaris Jiang dengan jurnalis CBS Mike Wallace di program televisi (TV) 60 Minutes pada 2000 masih dianggap sebagai salah satu wawancara pemimpin nasional yang paling menonjol di zaman modern, menurut Kuhn.
“Jiang percaya diri, cerdas, dan humoris… itu salah satu cara paling efektif bagi warga Amerika untuk mengenal China yang sebenarnya,” lanjut Kuhn.
“Dia selalu berupaya meningkatkan komunikasinya dengan orang asing melalui komunikasi dalam bahasa mereka,” tambahnya.
Laporan: Redaksi