Bogor, Jawa Barat (Indonesia Window) – Tim arkeolog dari Balai Arkeologi Maluku menemukan gambar cadas purba berupa telapak tangan tanpa jari telunjuk di Pulau Kisar, Kabupaten Maluku Barat Daya, Provinsi Maluku.
Penemuan tersebut diduga berkaitan dengan okupasi manusia prasejarah di Kepulauan Maluku-Papua.
“Ini penemuan baru, karena selama ini lukisan cap tangan purba yang pernah ditemukan di wilayah Maluku dan Maluku Utara menunjukkan telapak tangan yang utuh dengan jari-jari yang lengkap,” kata Lucas Wattimena, arkeolog dari Balai Arkeologi Maluku di Ambon, Senin, dikutip dari Kantor Berita Antara.
Dia menjelaskan, seni cadas purba bergambar telapak tangan kiri dengan jari telunjuk putus itu dilukis menggunakan teknik hand stencil atau cap tangan. Penemuan ini berada di situs Gua Kuil Aulapa, Desa Purpura, Kecamatan Kisar Utara, Kabupaten Maluku Barat Daya.
Terletak tak jauh dari Bandara John Becker Kisar, situs tersebut merupakan satu dari 13 situs baru yang disurvei oleh tim arkeolog dari Balai Arkeologi Maluku pada awal Agustus lalu.
“Tipe gambar cadas dengan satu jari putus lebih banyak ditemukan di wilayah Papua, dan itu ada kaitannya dengan tradisi potong jari untuk menghormati anggota keluarga yang meninggal dunia,” terang Lucas.
Dia menambahkan, gambar telapak tangan kiri tanpa jari telunjuk tersebut ditemukan berasosiasi dengan gambar cap tangan lainnya di dinding gua, dan terlihat berbeda secara spesifik dengan gambar-gambar cadas yang pernah ditemukan di Kepulauan Maluku.
Kendati hanya satu gambar, penemuan itu diduga ada kaitannya dengan proses okupasi manusia purba di Kepulauan Maluku dan Papua, karena secara geografis kedua wilayah tersebut terhubung dalam zona Wallacea, Dangkalan Sahul dan Paparan Sunda yang membentuk keragaman biogeografis Asia Tenggara.
Wallacea merupakan gugusan kepulauan Nusa Tenggara, Sulawesi serta Maluku, dan terletak di antara celah yang terbentuk oleh Paparan Sahul yang meliputi lempeng landas kontinen benua Australia-Papua, dan Paparan Sunda yang terdiri dari daratan Sumatera, Jawa dan Kalimantan.
“Kemungkinan ada kaitannya, kami masih harus menganalisa lagi. Tinggalan budaya masa lampau ini mungkin saja bisa memberikan perspektif baru dalam penelitian mengenai migrasi manusia purba,” tutur Lucas.
Laporan: Redaksi